TRIBUNNEWS.COM - Nenek Nahel Merzouk, remaja Prancis yang ditembak mati oleh seorang polisi pada Selasa (27/6/2023), meminta orang-orang agar menghentikan kerusuhan di Prancis.
"Saya ingin kerusuhan itu berhenti di mana-mana," kata Nadia, nenek Nahel Merzouk kepada media berita Prancis, BFM TV, Minggu (2/7/2023).
Permintaan nenek Nahel Merzouk ini menyusul kerusuhan di Prancis saat demonstran memprotes polisi yang menembak mati cucunya di Nanterre, Paris, Prancis.
Namun, protes itu berlanjut di jalan-jalan, dengan beberapa mobil terbalik dan dibakar.
“Orang-orang yang merusak, saya katakan pada mereka untuk berhenti! Jangan sampai mereka merusak sekolah, bus,” katanya.
"Mereka menggunakan Nahel sebagai alasan," tambahnya, dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: China Ajukan Protes ke Prancis Pasca Warganya Terluka dalam Kerusuhan
Menurutnya, massa tidak perlu menyerang fasilitas publik dalam demonstrasi itu.
“Mobil tidak melakukan apa pun terhadap Anda, sekolah tidak melakukan apa pun terhadap Anda, bus tidak melakukan apa pun terhadap Anda,” kata Nadia.
“Jangan rusak sekolah, jangan rusak bus, ibu-ibu yang naik bus,” lanjutnya.
Nadia mengatakan, keluarganya tidak dendam terhadap polisi secara keseluruhan dan hanya menyalahkan polisi yang menembak Nahel.
"Saya percaya pada keadilan," katanya, dikutip dari Arab News.
Namun, ia merasa sakit hati dengan adanya penggalangan dana untuk polisi yang didakwa atas penembakan terhadap cucunya, dengan alasan dukungan untuk polisi yang melakukan pekerjaannya.
Baca juga: WNI di Prancis Diminta Waspada, Kerusuhan di Paris Meluas, Toko Dijarah dan Rumah Wali Kota Dibakar
Ratusan orang berdemonstrasi di masjid agung Nanterre pada Sabtu (1/7/2023) untuk mengungkapkan dukungan kepada keluarga Nahel saat pemakamannya.
Dalam wawancaranya, Nadia juga menceritakan penderitaan keluarganya selama seminggu terakhir setelah kematian Nahel Merzouk.