News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kerusuhan di Paris

Perusuh di Prancis Enggan Hentikan Aksinya, Singgung soal Keamanan Mereka

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengunjuk rasa bentrok dengan polisi anti huru hara CRS di Marseille, Prancis selatan pada 30 Juni 2023, atas penembakan seorang pengemudi remaja oleh polisi Prancis di pinggiran kota Paris pada 27 Juni. - Para perusuh di Kota Paris, Prancis enggan menghentikan aksi mereka. Para perusuh mengatakan, takut pulang ke rumah karena mereka sering berkonfrontasi dengan polisi di Prancis.

TRIBUNNEWS.COM - Kerusuhan terus terjadi di Prancis, terutama di Kota Paris.

Hingga Minggu (2/7/2023) yang itu berarti sudah hari kelima kerusuhan, para pengunjuk rasa ini terus merusak fasilitas dan membakarnya.

Masyarakat di Paris, Prancis pun mulai merasa kesal dengan aksi yang tak kunjung selesai ini.

Bahkan, seorang warga di Champs Elysée, Paris, Prancis berbicara kepada pemuda perusuh untuk segera pulang dan menghentikan aksinya.

"Bisakah kau pulang saja?" kata salah seorang warga, dikutip dari BBC.

Seperti diketahui, kerusuhan di Prancis ini bermula ketika seorang pemuda bernama Nahel M yang merupakan keturunan Aljazair, tewas ditembak polisi.

Baca juga: Mulai Kesal, Masyarakat Prancis Minta Para Perusuh untuk Pulang: Bisakah Kau Pulang Saja?

Lanjut, para pengunjuk rasa ini ternyata enggan untuk menghentikan aksinya dan pulang ke rumah.

Berbicara kepada BBC, para pengunjuk rasa enggan pulang karena mereka merasa tidak aman di rumah.

Hal tersebut dikarenakan mereka sering berkonfrontasi dengan polisi di Prancis.

Atas kejadian ini, PBB menuduh pasukan keamanan Prancis telah melakukan rasisme sistemik.

Aktivis seperti Assa Traore berbicara kepada BBC mengatakan, menjadi pemuda kulit hitam atau pria Arab di perumahan Prancis berarti secara teratur terpapar kebrutalan polisi dan profil rasial.

Baca juga: Kerusuhan di Prancis, Nenek Nahel M Minta Demonstran Berhenti Rusak Fasilitas Publik

Sampai Prancis menyadari bahwa masalahnya adalah endemik, katanya, akan ada lebih banyak Nahel lainnya.

Akan tetapi, sekretaris jenderal salah satu serikat polisi Prancis yang kuat, Unité SGP, dengan tegas membantah tuduhan rasisme sistemik.

"Prancis bukan Amerika Serikat. Kami tidak memiliki ghetto," kata Sekjen Unité SGP, Jean-Christophe Couvy.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini