News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Sedang Perang, Pemintaan Obat Aborsi Meningkat di Rusia, Angka Kelahiran Menurun di Ukraina

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Layanan darurat bekerja di lokasi setelah rudal menghantam sebuah gedung apartemen di Kryvyi Rih, Ukraina, Senin, 31 Juli 2023. (AP Photo/Libkos)

Lagi Perang, Pemintaan Obat Aborsi Meningkat di Rusia, Angka Kelahiran Menurun di Ukraina

TRIBUNNEWS.COM - Perang berdampak pada aspek demografi bagi Rusia dan Ukraina.

Di Rusia, permintaan obat aborsi dilaporkan mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah negara tersebut pada 2022.

Laporan harian bisnis Kommersant, mengutip data konsultan farmasi, RNC Pharma, melaporkan sebanyak 1,4 juta obat yang menginduksi aborsi dan 2,2 juta obat kontrasepsi darurat terjual di Rusia tahun lalu.

Baca juga: Mavka, Kelompok Perlawanan Ukraina yang Isinya Perempuan Semua: Rubel KW Bikin Rusia Kena Mental

Angka ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar masing-masing 60 persendan 53 persen dari tahun 2021.

“Peluncuran operasi militer khusus (Rusia) (di Ukraina), sanksi (Barat), penurunan pendapatan penduduk, dan mobilisasi parsial (pasukan cadangan militer Rusia) — semua faktor ini tidak mungkin berkontribusi pada rencana membangun keluarga,” kata direktur pengembangan RNC Pharma Nikolai Bespalov menjelaskan faktor-faktor penyebab kenaikan, Rabu (2/8/2023).

Kommersant juga melansir laporan badan amal yang fokus pada kepedulian terhadap wanita yang mengatakan kalau invasi Rusia ke Ukraina pada awal 2022 dan mobilisasi militer yang menyusul pada bulan September menyebabkan "lonjakan aborsi".

Namun data Kementerian Kesehatan Rusia menunjukkan gambaran berbeda,

Klaim pemerintah Rusia menunjukkan semua jenis aborsi menurun sebesar 3,9 persen dari 411.000 pada tahun 2021 menjadi 395.000 pada tahun 2022.

Aborsi medis menurun sebesar 5,3% dari 189.000 menjadi 179.000 selama periode yang sama.

Kesenjangan antara turunnya tingkat aborsi dan meningkatnya permintaan pil aborsi bisa jadi karena klinik menimbun persediaan di tengah ancaman sanksi Barat, menurut para ahli yang berbicara dengan Kommersant.

Sanksi dan gangguan rantai pasokan atas perang Rusia di Ukraina telah memicu kekhawatiran akan kekurangan industri farmasi Rusia yang masih bergantung pada bahan mentah Barat untuk produksi.

Tetapi hukum humaniter internasional memberikan aturan untuk melindungi akses ke perawatan kesehatan, termasuk obat-obatan dan layanan medis.

Tahun ini, Kommersant mencatat permintaan pil aborsi mifepristone dan misoprostol turun 7,4% sementara permintaan kontrasepsi darurat terus tumbuh 26% pada Januari-Mei 2023.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini