Analisis, Pemberontakan Wagner Akal-akalan Putin Agar Rusia Jepit Ukraina Lewat Polandia
TRIBUNNEWS.COM - Bau kejanggalan pemberontakan Wagner terhadap Militer Rusia di bawah kendali Presiden Vladimir Putin kembali menyeruak seiring perkembangan situasi di perbatasan Polandia dan Belarusia.
Polandia dilaporkan gerah dan akan menambah pasukannya di perbatasan saat latihan gabungan antara Grup Wagner dan militer Belarusia di Celah Suwalki dianggap sudah melanggar garis perbatasan.
Latihan tempur gabungan Wagner dan pasukan Belarusia ini lah yang memicu banyak analisis dari pemberontakan Wagner.
Baca juga: Ukraina Segera Latih Pilot Jet Tempur F-16 Terbaru, AS Kirim Instruktur, NATO Siapkan Lokasi
Banyak kejanggalan atas pemberontakan Wagner yang dipimpin Yevgeny Prigozhin pada Juni silam.
Satu di antaranya adalah kesediaan Vladimir Putin bertemu Yevgeny Prigozhin lima hari setelah pemberontakan.
Pada 24 Juni, tentara bayaran Wagner pimpinan Prigozhin merebut fasilitas militer di kota Rusia selatan Rostov-on-Don sebelum maju ke Moskow dengan maksud untuk menggulingkan pimpinan militer Rusia.
Prigozhin membatalkan pemberontakan setelah negosiasi dilaporkan melibatkan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
Rusia mengampuni aksi itu dengan kesepakatan Pasukan Wargner harus pergi ke pengasingan di Belarusia.
Tetapi juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Prigozhin dan tiga lusin rekannya telah menjelaskan tindakan mereka kepada Putin dan menyatakan kesetiaan kepada panglima tertinggi dan ibu pertiwi pada 29 Juni silam.
Olok-olok Buat Barat
Pertemuan 'mea culpa' alias pengakuan bersalah yang berlangsung di Kremlin itu terjadi pada hari yang sama dengan yang sebelumnya diklaim Peskov bahwa dia tidak tahu di mana Prigozhin berada.
Tetapi keberadaan Prigozhin, mantan narapidana yang menjadi pengusaha itu, masih belum diketahui, saat itu.
Begitu pula apa yang terjadi di balik pemberontakan yang tampak seperti tantangan terbesar bagi masa 23 tahun kepemimpinan Putin.
Hanya, belakangan Prigozhin terlihat di Kremlin, saat Konfrensi Rusia-Afrika berlangsung, yang menjadi indikasi kalau yang bersangkutan memang masih punya peran di pemerintahan Putin.
"Seluruh affair yang melibatkan Prigozhin, bahkan sebelum pemberontakan, menurut saya adalah semacam olok-olok, yang dipentaskan oleh Putin dan penasihat dekatnya untuk konsumsi Barat," kata Alexei Pavlenko, profesor Rusia di Colorado College.
“Tujuan dari sandiwara ini adalah untuk membingungkan para analis Barat dan pakar militer dan kemudian menertawakan prediksi mereka tentang kematian Putin yang akan datang,” katanya kepada Newsweek.
"Tujuan dari drama ini adalah untuk menjaga agar para jenderal resmi militer tetap waspada dan menanamkan kebingungan ke dalam intelijen musuh."
Sebagai catatan, kritik di Rusia atas keputusan perang di Ukraina, yang secara resmi disebut "operasi militer khusus" dapat mengakibatkan hukuman penjara 15 tahun.
Namun Prigozhin seolah memiliki kebebasan untuk menyerang menteri pertahanan Sergei Shoigu dan komandan operasi khusus di Ukraina, Valery Gerasimov.
"Bagaimana seorang mantan narapidana—yang cukup dipercaya untuk diberi miliaran dolar kontrak pemerintah dan secara diam-diam ditugaskan untuk memelopori perjuangan Moskow untuk Bakhmut—menggigit tangan yang memberinya makan telah menimbulkan pertanyaan tentang siapa yang tahu apa dan kapan," ulas Newsweek terkait kejanggalan pemberontakan Wagner .
Dalam opini untuk Newsweek, Rebekah Koffler, mantan perwira Deposit Insurance Agency (DIA), mempertanyakan aksi tentara bayaran yang 'menyerang' Rusia, maju ke Moskow hanya untuk mencapai kesepakatan cepat dengan Putin, dan tidak ada yang terluka.
Dia mengatakan tindakan Prigozhin "direkayasa" dan bagian dari "operasi bendera palsu yang sepenuhnya dipalsukan."
Tujuan aksi, dalam pandangannya, adalah agar Putin meyakinkan orang Rusia menjelang pemilihan 2024 bahwa tanpa dia mereka mungkin menghadapi invasi dari Barat dan kekacauan.
Pakar propaganda Rusia, Diane Nemec Ignashev, seorang profesor di Carleton College di Minnesota, mengatakan bahwa Kremlin sedang mencoba membuat narasi baru dari apa yang terjadi.
"Bagi siapa pun yang menonton atau mendengarkan saat acara dibuka, ada terlalu banyak kebingungan di media, terlalu banyak pesan silang, terlalu banyak spekulasi, untuk buku pedoman yang ada," katanya kepada Newsweek.
Strategi Militer Kepung Ukraina
"Kehadiran Prigozhin di Rusia dan pertemuannya dengan Putin kemungkinan menunjukkan bahwa mereka masih mengerjakan detail kesepakatan dan merencanakan peran Wagner di masa depan, kata Tom Roberts," asisten profesor Studi Rusia, Eropa Timur & Eurasia di Smith College di Northampton, Massachusetts.
Bebasnya pasukan Wagner atas pemberontakan mereka memang penuh kejanggalan.
Presiden Putin dikenal sebagai sosok keras yang jarang memiliki pengampunan terhadap upaya pengkhianatan.
Namun, tidak adanya hukuman atas aksi pemberontakan Wagner, jadi hal yang aneh.
Terlebih, lokasi pengasingan yang dituju untuk menampung puluhan ribu pasukan Wagner, adalah Belarusia, negara yang berbatasan langsung dengan Polandia, anggota NATO.
Belakangan, langkah-langkah strategis militer Wagner mulai menimbulkan kekhawatiran bagi stabilias di kawasan tersebut.
Polandia langsung mengirimkan alarm kalau telah terjadi pelanggaran wilayah perbatasan atas latihan tempur gabungan yang dilakukan Militer Belarusia dengan Pasukan Wagner.
Latihan ini dianggap sebagai aksi provokasi yang cenderung bakal terjadi lagi di kemudian hari.
Polandia meresponsnya dengan mengirimkan lebih banyak pasukan ke perbatasan, khususnya di wilayah dekat celah Suwalki.
Menganalisis situasi ini, Barbara Yoxon, dosen politik internasional di Universitas Lancaster di Inggris utara, mengatakan Warsawa memandang Belarusia sebagai pihak yang terlibat dalam krisis keamanan Eropa saat ini.
Moskow menggunakan wilayah Belarusia untuk memfasilitasi invasi ke Ukraina pada Februari 2022, memperkuat hubungan antara Putin dan pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko.
“Menyebarkan pasukan ke celah Suwalki akan menghasilkan direct link antara Rusia dan Kaliningrad, yang menjadikannya target yang sangat penting bagi rezim Putin,” kata Yoxon kepada CNN.
Dia menganalisis, langkah taktis Wagner itu bisa jadi strategi untuk mengepung Ukraina, memutus jalur logistik di sekitarannya dari timur dan barat.
“Dengan mengerahkan pasukan dari barat (Kaliningrad) dan timur (Belarusia), Rusia akan dapat secara efektif memutus negara-negara Baltik dari sekutu NATO-nya di Eropa tengah dan barat. Ini akan memungkinkan Putin untuk berpotensi menginvasi negara-negara seperti Lituania, Latvia, atau Estonia,” kata Yoxon.
Perang di Ukraina dinilai juga mendorong para pemimpin blok Barat untuk memikirkan kembali strategi keamanan nasional mereka dalam menghadapi Putin, yang secara historis mencoba mengikis ekspansi NATO di Eropa.
“Jika Rusia mengerahkan pasukan ke celah Suwalki, kemungkinan akan memicu reaksi militer langsung dari negara-negara NATO lainnya, yang akan melihatnya sebagai serangan langsung terhadap negara-negara anggotanya di wilayah tersebut,” tambah Yoxon.
“Langkah seperti itu akan menandakan bahwa Rusia siap untuk meningkatkan konfrontasinya dengan NATO menjadi perang skala penuh dan berisiko eskalasi nuklir di kedua sisi.”
(oln/Newsweek/CNN/*)