TRIBUNNEWS.COM - Rusia mengungkapkan sejumlah kemungkinan untuk berdamai dengan Ukraina.
Rusia, yang tidak diundang ke pembicaraan damai Rusia-Ukraina di Arab Saudi, mengatakan resolusi damai hanya bisa dilakukan dengan syarat Ukraina menghentikan serangan ke Rusia.
Selain itu, Rusia juga meminta negara-negara Barat berhenti memasok senjata ke Ukraina.
Rusia juga mensyaratkan Ukraina untuk menyerahkan wilayah yang diduduki Rusia kepada Kremlin.
"Fondasi asli kedaulatan Ukraina, statusnya yang netral, nonblok, dan nonnuklir harus dikonfirmasi," kata Maria Zakharova, juru bicara kementerian luar negeri Rusia, Senin (7/8/2023), dikutip dari France24.
Pembicaraan damai Rusia-Ukraina di Arab Saudi itu berdasarkan 10 poin yang dikembangkan oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Baca juga: Arab Saudi dan Sekitar 40 Negara Gelar Konferensi Damai soal Perang di Ukraina, Rusia Tak Diundang
Menurut Maria Zakharova, tidak satu pun poin itu dapat menemukan solusi bagi kedua pihak.
"Tidak satu pun dari 10 poinnya ditujukan untuk menemukan solusi negosiasi dan diplomatik untuk krisis, dan totalitas mereka adalah ultimatum yang tidak masuk akal dari Rusia, yang ditujukan untuk berlarut-larut permusuhan."
"Atas dasar seperti itu, penyelesaian damai tidak mungkin terjadi," katanya, dikutip dari Al Jazeera.
Dia mengklaim Ukraina dan Barat sedang mencoba untuk meremehkan proposal perdamaian oleh negara lain.
Baca juga: Serangan Balasan Ukraina ke Rusia Mandek Gegara Semak Belukar, Militer Inggris Diketawain Ex-CIA
Meskipun Rusia telah berulang kali menyatakan terbuka untuk pembicaraan, Rusia menolak untuk meninggalkan wilayah pendudukan Ukraina.
Juru bicara Rusia, Dmitry Peskov mengatakan tidak ingin menduduki wilayah Ukraina, ketika ditanya tentang keinginan tersebut.
"Tidak. Kami hanya ingin mengontrol semua tanah yang sekarang telah kami tulis dalam konstitusi kami sebagai milik kami," kata Dmitry Peskov kepada jurnalis New York Times.
Artinya, wilayah Krimea, Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia yang dianeksasi secara ilegal oleh Rusia termasuk dalam syarat itu, yang mana telah dicatat oleh Rusia sebagai wilayah barunya.
Pembicaraan Damai Rusia-Ukraina di Arab Saudi
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-530: Pertahanan Udara Rusia Hancurkan Drone yang Masuki Moskow
Sebelumnya, Arab Saudi menggelar pertemuan dengan 40 perwakilan negara untuk pembicaraan damai dalam perang Rusia-Ukraina pada Minggu (6/8/2023).
Rusia tidak diundang, namun China yang merupakan sekutu dekat Rusia hadir dalam pertemuan itu.
“China tidak keberatan, karena tidak pernah keberatan bahwa integritas teritorial Ukraina harus dihormati,” kata Igor Zhovkva, wakil kepala kantor Presiden Ukraina, Senin (7/8/2023) seperti diberitakan POLITICO.
Perwakilan China untuk Eurasia, Li Hui, mengatakan negaranya mendukung pembicaraan damai itu.
"Kami memiliki banyak ketidaksepakatan dan kami telah mendengar posisi yang berbeda, tetapi penting bahwa prinsip kami dibagikan," kata Li kepada Reuters sebelum pertemuan.
Sepuluh poin perdamaian yang dikembangkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendapat dukungan yang lebih banyak di KTT ini daripada saat mengadakan KTT perdamaian Rusia-Ukraina pertama di Kopenhagen, Denmark.
Seorang pejabat yang hadir dalam KTT di Arab Saudi itu mengatakan, akan dibentuk kelompok kerja untuk mengembangkan rincian tema utama berdasarkan 10 poin perdamaian dari Zelensky.
Rusia dikeluarkan dari pembicaraan itu karena telah menolak formula perdamaian Ukraina sejak awal.
Juru bicara Rusia, Dmitry Peskov mengatakan Rusia akan mengawasi dengan cermat pembicaraan tersebut.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)