Mantan Menteri di Rusia Rela Jadi Sopir Truk di Amerika Demi Kabur dari Perang di Ukraina
TRIBUNNEWS.COM - Tidak semua warga Rusia dan negara-negara federasinya setuju pada kebijakan Moskow yang dipimpin Presiden Vladimir Putin, menginvasi Ukraina.
Namun, mereka cenderung tidak punya banyak pilihan saat perintah negara datang ke mereka untuk mengikuti wajib militer dan berperang di Ukraina.
Denis Sharonov adalah contoh terbaru warga Rusia yang menolak berperang.
Baca juga: Kabur dari Wajib Militer, Eks-Menteri Federasi Rusia Cari Suaka di Amerika Serikat
Demi mengindari wajib militer, dia terbang ke Amerika Serikat (AS) dan mencari suaka politik.
Di AS, Denis Sharonov bekerja sebagai sopir truk, berbeda saat dia masih menjadi orang Rusia.
Sebagai informasi, Denis Sharonov pernah menjabat sebagai menteri pertanian Republik Komi, antara 2020 dan Januari 2022, sebulan sebelum Rusia menginvasi Ukraina.
Komi, adalah sebuah republik di Federasi Rusia yang kira-kira seukuran California, beribukota Syktyvkar berada sekitar 1.200 mil timur laut Moskow.
Meski bekerja sebagai pekerja kasar di AS, Denis Sharonov mengaku sangat bahagia.
Video pengakuannya tentang kebahagiaan yang dia dapatkan dari pekerjaan barunya itu ditayangkan di outlet berita Rusia, RTVI.
Meski kini statusnya turun dan bukan lagi sebagai pejabat, Denis Sharonov mengaku lega menjalani hidup lantaran bisa terlepas dari intrik politik di negaranya.
Politisi berusia 48 tahun itu juga mengungkapkan alasan kenapa memilih AS sebagai tempat pelarian dan mencari suaka.
Denis pernah berkuliah di AS, 28 tahun silam. Dari pengalamannya sebagai mahasiswa di sana, dia menyadari kalau orang Amerika memiliki sikap yang berbeda terhadap pekerjaan kerah biru.
Denis menyebut, seseorang tak mesti melulu harus memiliki pekerjaan 'kerah putih' untuk dihargai di AS.
"Di sini seorang pekerja, tidak peduli apa yang dia lakukan, jika dia melakukannya dengan baik, dia dihormati," kata dia.
Dia menganggap dirinya sebagai "turis otomotif" yang kebetulan mengangkut muatan dan menerima gaji yang layak saat dia mencari suaka politik.
Baca juga: Menteri Pertahanan Rusia: Senjata Butut Soviet Masih Lebih Unggul Ketimbang Senjata Modern Barat
Kabur Setelah Dapat Surat Panggilan Wajib Militer
Dia mengatakan kepada RTVI kalau dia meninggalkan Rusia pada musim gugur 2022 setelah dia menerima panggilan dari kantor pendaftaran militer.
Menurut Denis, panggilan mengikuti wajib militer adalah sebuah langkah yang dia yakini bertujuan untuk menyingkirkannya.
Tepat sebelum panggilan, dia dipecat setelah berkonflik dengan Gubernur wilayah Komi, Vladimir Uyba.
Tak cuma dipecat, Denis menyebut juga telah dituntut dan dibebaskan dua kali atas apa yang dia katakan sebagai tuduhan bermotif politik.
"Menurut saya, satu-satunya tempat di mana Anda tidak dapat dijebak dan dideportasi adalah Amerika Serikat, jadi saya berakhir di sini," kata Sharonov kepada RTVI.
Sharonov termasuk di antara ratusan ribu orang Rusia yang telah meninggalkan negara mereka sejak dimulainya invasi besar-besaran oleh Vladimir Putin.
Anggota parlemen Rusia telah memperkenalkan undang-undang yang memperluas potensi personel militer dan mempersulit untuk menghindari draf tersebut.
Usia wajib militer telah dinaikkan menjadi 30 tahun dan denda karena mengabaikan panggilan elektronik telah dinaikkan. Juga lebih sulit bagi pria Rusia usia militer untuk meninggalkan negara itu.