TRIBUNNEWS.COM - Tentara Rusia dipenjara setelah sempat menyalahkan pasukan Ukraina atas kematian rekannya.
Dilansir Newsweek, sebuah pengadilan di wilayah Rostov Rusia menjatuhkan hukuman penjara delapan tahun kepada Ivan Alekseev pada Rabu (16/8/2023).
Ia mengaku bersalah menembak seorang rekan tentaranya pada bulan Januari lalu.
Alekseev dimobilisasi untuk berperang di Ukraina pada Oktober 2022, lapor kantor berita Rusia Kommersant.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan "mobilisasi sebagian" penduduk pada musim gugur 2022.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, mengatakan pada saat itu bahwa Rusia akan menargetkan 300.000 cadangan dan mantan personel militer dengan spesialisasi militer tertentu dan pengalaman yang relevan.
Baca juga: Jenderal Top Rusia yang Pernah Pimpin Invasi ke Ukraina Meninggal, Penyebab Dirahasiakan
Alekseev dikerahkan dalam perintah mobilisasi itu, dan bertugas sebagai penembak jitu di wilayah Luhansk, Ukraina.
Menurut surat-surat pengadilan, pada 13 Januari, Alekseev sedang minum vodka dengan beberapa tentara di ruang istirahat.
Tiba-tiba terjadi keributan karena Alekseev diduga berbicara begitu keras.
Seorang tentara memukul kepala Alekseev dengan tangannya, membuat dua tentara lainnya untuk melerai perkelahian mereka.
Situasi memanas lagi ketika kedua tentara yang berusaha menyelesaikan konflik itu tidur.
Menurut Alekseev, ketika dia dan prajurit yang memukulnya itu sendirian, dia kembali menyerang secara fisik dan berusaha menembaknya dengan senapan AK-47.
Alekseev mengatakan dia merespons dengan menembak kepala rekannya, dan tak lama kemudian, dia menikam lehernya.
Pengadilan menemukan bahwa Alekseev, setelah membunuh rekannya itu, berusaha mengarang cerita.
Ia menyebut ada penculikan dan pembunuhannya adalah pasukan Ukraina.
Ia menyeret mayat itu sekitar 20 meter dari ruang istirahat dan menusukkan pisau ke tubuhnya beberapa kali untuk membuatnya tampak seperti telah dibunuh oleh tentara Ukraina.
Baca juga: Rusia Tuduh AS Siapkan Senjata Biologis untuk Ciptakan Krisis Global
Menurut laporan Kommersant, Alekseev menghadapi tuntutan hukuman penjara 15 tahun, tetapi dijatuhi hukuman delapan tahun.
Pengadilan memperhitungkan fakta bahwa Alekseev mengaku bersalah, serta mempertimbangkan partisipasinya dalam perang di Ukraina dan beberapa jasa militernya.
Pengadilan juga memutuskan bahwa senapan sniper Alekseev akan dikembalikan ke militer di Luhansk.
Wilayah tersebut secara efektif dikendalikan oleh Rusia sejak invasi awal Putin ke Ukraina pada tahun 2014.
Laporan Intelijen Ukraina: Pasukan Rusia Saling Tembak Satu Sama Lain
Juli lalu, intelijen militer Ukraina memposting rekaman telepon yang mereka klaim sebagai 'percakapan yang disadap' antara dua tentara Rusia.
Dua tentara Rusia itu membicarakan rekan mereka yang menembaki tentara Rusia lainnya.
Dilansir Newsweek, Direktorat Utama Intelijen Ukraina (GUR) membagikan audio tersebut di saluran Telegramnya, Jumat (14/7/2023).
Menurut terjemahan oleh Kyiv Post, GUR menulis dalam keterangannya bahwa panggilan itu "mengungkapkan keadaan psikologis kritis tentara Rusia."
Dalam rekaman berdurasi 35 detik itu, dugaan insiden saling tembak itu dijelaskan secara detil.
Baca juga: Rusia Pamer Senjata Barat yang Digunakan di Ukraina, Hasil Sitaan selama Perang
Salah satu prajurit merinci bahwa seorang prajurit dari brigade lain "kehilangan kendali" dan mulai menembaki anggota unit lainnya.
Meskipun tidak terungkap apakah ada orang lain yang tewas atau terluka dalam insiden tersebut, si penembak dikatakan tewas.
"Hai. Kenapa kamu tidak meneleponku kemarin?" kata prajurit pertama di awal panggilan, menurut Kyiv Post.
"F***, kemarin seru sekali. Orang dari brigade 12 sepertinya kehilangan kendalinya kemarin dan mulai menembak kami," kata prajurit kedua.
"Dia berkata, 'Aku akan membunuhmu, a******!'"
"Orang-orang kami menembaknya sampai mati. Aku harus membawa jenazahnya," tambah prajurit kedua.
Tidak diketahui apakah insiden yang dimaksud adalah kasus penembakan oleh Ivan Alekseev.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)