Kelabakan Digempur Drone Ukraina, Rusia Tiru Taktik Perang Dunia II Menara Antipeluru Ala Nazi
TRIBUNNEWS.COM - Serangan drone Ukraina secara bergelombang di berbagai wilayah, termasuk ibu kota Moskow, sepertinya membuat Rusia kelabakan.
Sebagai respons atas serangan pesawat tidak berawak itu, pasukan pertahanan udara Rusia dilaporkan memakai sistem pertahanan era Perang Dunia II, Flak towers atau bisa diistilahkan menara antipeluru (menara senjata - Flakturm, Jerman).
Saat ini, militer Rusia disebutkan tengah membangun menara pertahanan udara yang oleh beberapa pengamat militer disamakan dengan Flak towers yang digunakan oleh Pasukan Nazi, Jerman saat perang dunia kedua.
Baca juga: Cara Kerja Barikade Dragon Teeth Rusia yang Diolok-olok Ukraina, Ilusi Tampak Gampang Tapi Mematikan
"Flakturm" Nazi Jerman ini adalah bangunan beton besar setinggi 230 kaki — atau 21 lantai — dan dilengkapi dengan senjata antipesawat untuk melindungi kota-kota Jerman dari pembom Sekutu.
Meski disebut-sebut punya sistem kerja yang sama, Flak Towers pasukan Nazi dan apa yang sedang dibangun pasukan Rusia tidak sama, setidaknya dari segi struktur bangunan.
Dari laporan, menara yang dibangun di luar Kota Moskow tersebut tidak terlalu megah.
Bangunan tersebut tampak seperti susunan tiang tinggi. Di bagian puncak, sistem rudal pertahanan udara, Pantsir diparkir guna menembaki objek udara yang datang.
Dilihat dari foto-fotonya, beberapa menara tampaknya setinggi tiga lantai.
Karena tidak adanya jalur (jalanan) landai yang terlihat, Sistem Rudal Pantsir yang dipasang di atas bangunan tersebut diduga diangkat menggunakan derek atau helikopter angkut berat.
Adapun menara lain yang dibangun Rusia tampak lebih rendah, setinggi jalan layang yang mungkin berkisar 20 kaki.
Diketahui, sistem rudal Pantsir telah ditempatkan di atas gedung-gedung pemerintah di Moskow, namun struktur baru tersebut tampaknya dibuat khusus untuk baterai anti-drone.
190 Serangan Drone Beruntun
Langkah Rusia membangun Flak Towers ala-ala ini dilakukan setelah sejumlah serangan drone Ukraina yang 'mempermalukan' Kremlin dan militer Rusia di tanah mereka sendiri.
BBC Inggris memperkirakan ada lebih dari 190 serangan pesawat tak berawak di Rusia dan Krimea yang diduduki Rusia.
Meskipun sebagian besar sasarannya berada di Rusia bagian barat dekat perbatasan Ukraina, serangan-serangan telah terjadi hingga St. Petersburg, dengan lebih dari selusin serangan di Moskow.
Dampak fisik dari serangan Ukraina ini mencakup hancurnya beberapa pesawat Rusia serta kerusakan bangunan dan lokasi industri, seperti kilang minyak.
Hal ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan kehancuran infrastruktur Ukraina akibat serangan pesawat tak berawak Rusia, namun fakta bahwa tanah air Rusia sedang diserang dianggap justru bisa melemahkan rezim Vladimir Putin.
Sebelumnya, Putin memang getol mengklaim kekuasaannya dapat melindungi rakyat Rusia dari musuh-musuh seperti seperti Ukraina dan NATO.
Menara pertahanan udara Flak Tower ini bukanlah metode 'kuno' pertama yang digunakan selama perang Rusia di Ukraina.
Meskipun ada kemeriahan klaim seputar penggunaan persenjataan inovatif terbaru, kedua belah pihak mengandalkan perangkat keras yang sudah mapan (teruji), terutama artileri.
Rusia dan Ukraina sama-sama telah menggunakan senjata antipeluru yang sudah berusia puluhan tahun ke dalam layanan baru untuk melawan rudal dan drone yang terbang rendah.
Pertanyaannya bagi Rusia adalah, seberapa besar perlindungan yang dapat diberikan oleh struktur pertahanan udara barunya?
Ketinggian yang lebih tinggi akan memperluas jangkauan deteksi dan medan tembakan sistem rudal Pantsir, sistem platform kendaraan yang mencakup radar, rudal permukaan-ke-udara jarak menengah, dan senjata anti-pesawat kembar 30 mm.
Namun, mengingat luasnya wilayah Rusia, menara-menara ini hanya dapat memberikan titik pertahanan pada lokasi tertentu seperti pangkalan udara dan kota-kota besar.
Meski begitu, ada manfaat psikologis dengan menciptakan pemandangan nyata bagi masyarakat Rusia kalau pemerintah berusaha melindungi mereka.
Sejarah Penggunaan Flak Tower
Pada tahun 1940, Hitler meminta dibuatkan menara antipeluru setelah pembom Inggris melakukan serangan kecil di Berlin.
Dengan seleranya terhadap arsitektur megah, Hitler merancang bangunan yang tampak seperti kastil abad pertengahan.
Bangunan-bangunan ini tumbuh di kota-kota di seluruh wilayah Jerman, termasuk kelompok dua hingga tiga menara di Berlin, Hamburg, dan Wina.
Mereka dipersenjatai dengan lusinan senjata antipesawat, termasuk delapan meriam 128 mm di atap, yang dapat menghantam pesawat pada ketinggian 50.000 kaki.
Senjata besar ini dilengkapi dengan meriam cepat 20 mm yang efektif melawan pesawat yang terbang rendah.
Meskipun menara tersebut cukup tinggi untuk memiliki medan tembak yang jelas di wilayah perkotaan, tidak jelas seberapa efektif menara tersebut dibandingkan dengan situs pertahanan udara biasa.
Namun, dengan dinding beton setebal 11 kaki dan tahan terhadap bom Sekutu, bangunan ini menjadi menarik sebagai tempat perlindungan serangan udara.
Ketika kota-kota di Jerman dihantam sepanjang waktu oleh pesawat pengebom Sekutu, flakturme tersebut menampung hingga 30.000 orang.
Mereka juga berfungsi sebagai markas pertahanan udara, rumah sakit, dan bahkan gudang untuk melindungi karya seni.
Namun tidak ada banyak kemiripan antara menara antipeluru Jerman dan struktur pertahanan udara baru Rusia, menurut Edward Westermann, penulis “Flak: German Anti-Aircraft Defenses 1941-1945.”
“Ini tidak sama dengan penggunaan sistem atap di Rusia saat ini, atau sistem di sekitar Moskow yang dibangun di jalur landai,” kata Westermann kepada Business Insider.
“Penggunaan sistem ini oleh Rusia tampaknya lebih bersifat utilitarian daripada sifat strategis, dan penggunaannya tampaknya tidak memiliki banyak nilai taktis atau operasional selain mungkin memiliki zona keterlibatan yang lebih jelas atau lebih tinggi di wilayah perkotaan yang padat.”
Sebagian besar menara antipeluru Jerman dihancurkan setelah tahun 1945, meskipun beberapa masih tersisa sebagai tempat wisata – atau karena terlalu sulit untuk diledakkan.
Waktu akan membuktikan apakah menara antipeluru saat ini akan menjadi bagian permanen dari cakrawala Moskow.
(oln/cnn/BI/*)