TRIBUNNEWS.COM - Partai Rusia Bersatu, yang mendukung Presiden Vladimir Putin dilaporkan memenangkan pemilu di wilayah Ukraina yang dianeksasi oleh Moskow.
Dilansir Kyiv Post, Partai Rusia Bersatu memenangkan pemungutan suara lokal di empat wilayah Ukraina.
Rusia mengeklaim telah mencaplok wilayah timur dan selatan itu pada tahun lalu meski tidak memiliki kendali militer penuh atas wilayah tersebut.
Baca juga: Kelabakan Digempur Drone Ukraina, Rusia Tiru Taktik Perang Dunia II Bikin Menara Antipeluru Ala Nazi
Moskow menerbitkan data yang menunjukkan wilayah-wilayah yang dilanda perang mendukung Rusia Bersatu dengan suara lebih dari 70 persen.
Wilayah tersebut ialah Donetsk, Luhansk, Zaporizhia, dan Kherson.
Namun, angka perolehan suara secara rinci tidak segera dirilis, menurut Al Jazeera.
Hasil pemilu tersebut, berarti gubernur-gubernur yang dipilih sendiri oleh Moskow di wilayah-wilayah tersebut, yang merupakan campuran dari para bos separatis veteran dan politisi lokal pro-Rusia, akan mendapatkan masa jabatan penuh.
Sementara itu, pemungutan suara juga diadakan di seluruh Rusia dilakukan menjelang pemilihan presiden tahun depan.
Hasil pemilu itu diperkirakan akan memperpanjang kekuasaan Vladimir Putin di Rusia hingga setidaknya tahun 2030.
Pihak berwenang mendirikan tempat pemungutan suara keliling beberapa hari menjelang pemungutan suara di wilayah Donetsk, Lugansk, Kherson, dan Zaporizhzhia.
Moskow sempat mengatakan sebuah tempat pemungutan suara diserang oleh pesawat tak berawak Ukraina.
Rusia mengatakan bahwa penembakan yang dilakukan oleh Ukraina telah melukai para pejabat pemilu di Donetsk.
Wilayah tersebut, sebagian dikuasai oleh kelompok separatis sejak tahun 2014.
Pemungutan suara juga dilakukan di Krimea, yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014.
Badan keamanan Ukraina mengatakan mereka telah menyusun daftar kolaborator yang membantu mengatur pemungutan suara dan berjanji akan membalasnya.
Dua pemilih asal Rostov-on-Don asal mengatakan kepada AFP bahwa konflik adalah kekhawatiran utama mereka.
Pekan ini, kota yang berada di barat daya dekat perbatasan Ukraina itu diserang pesawat tak berawak.
"Kami hanya ingin hidup damai bersama anak-anak kami," kata Nina Antonova dikutip dari Kyiv Post.
"Semua orang khawatir dengan satu masalah ini: perang. Kami tidak punya kekhawatiran lain," ujar Anatoli.
Sementara itu, pemilu ini telah dianggap oleh Ukraina dan sekutunya sebagai pemilu palsu.
Semua negara, kecuali segelintir sekutu Rusia, mengakui wilayah tersebut sebagai bagian dari Ukraina.
Upaya Ukraina
Ukraina, yang pada bulan Juni memulai serangan balasan untuk membebaskan wilayah tersebut, perlahan-lahan mendapatkan kembali wilayah di Zaporizhia.
Mereka juga mengeklaim mendapatkan beberapa kemajuan di Donetsk, di sekitar kota Bakhmut yang hancur.
Di sisi lain, Dmitry Medvedev, mantan presiden Rusia dan pemimpin Rusia Bersatu, mengucapkan terima kasih kepada seluruh pemilih yang hadir untuk memberikan suara mereka di wilayah yang dianeksasi.
"Kami menghargai suara semua pemilih, tapi, mungkin, orang-orang yang tinggal di wilayah baru kami… suara mereka sangat berarti bagi partai kami," katanya seperti dikutip kantor berita TASS via Al Jazeera.
"Ini bukan sekadar mandat kepercayaan… sampai batas tertentu, ini adalah tindakan keberanian sipil dan partai kita harus memperlakukannya seperti ini," tuturnya.
(Tribunnews.com/Deni)