TRIBUNNEWS.COM - Banjir di Libya terus menyisakan kepedihan bagi banyak orang.
Kota Derna hancur akibat banjir dan diperkirakan puluhan ribu orang mungkin tewas ketika Badai Daniel menghantam pantai utara Libya pada akhir pekan lalu.
The Guardian melaporkan bahwa 10 ribu orang telah dinyatakan hilang oleh lembaga bantuan resmi seperti Bulan Sabit Merah Libya (Libyan Red Crescent).
Baca juga: Libya: Lebih dari 2.000 Orang Tewas Akibat Banjir Besar
Namun Direktur Pusat Medis Al-Bayda, Abdul Rahim Maziq, memperkirakan jika jumlah kematian lebih tinggi, mencapai 20 ribu.
The Guardian menggambarkan mayat masih berserakan di jalan dan persediaan air minum terbatas.
Mengingat letak beberapa desa yang terpencil serta sifat pemerintahan kota yang belum sempurna, maka perlu waktu lama untuk memastikan jumlah korban tewas.
Namun skala kehancuran tampak lebih buruk dari perkiraan para pejabat.
"Laut terus-menerus membuang puluhan jenazah," kata Hichem Abu Chkiouat, Menteri Penerbangan Sipil di pemerintahan Libya timur kepada The Guardian.
Ia menambahkan bahwa rekonstruksi akan menelan biaya miliaran dolar.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) di Libya mengatakan bahwa setidaknya 30.000 orang mengungsi di Derna, kota yang paling terkena dampak Badai Daniel, Rabu (13/9/2023).
IOM menambahkan, 6.085 orang diketahui mengungsi di daerah lain yang dilanda badai termasuk Benghazi dan jumlah korban tewas masih belum dapat diverifikasi.
Guna menghindari penyebaran penyakit, ratusan jenazah dikuburkan secara kolektif dalam satu liang lahat.
Warga Derna juga memohon agar rumah sakit lapangan baru dibangun karena dua rumah sakit yang ada di kota tersebut telah menjadi kamar mayat darurat.
Patroli laut bekerja di sepanjang pantai untuk mencoba menemukan mayat-mayat yang terdampar, banyak di antaranya dibawa ke Tobruk untuk diidentifikasi.