TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria di Amerika Serikat didakwa karena diduga membocorkan laporan pajak seorang pejabat tinggi pemerintah, yang diyakini merupakan mantan Presiden Donald Trump.
Charles Edward Littlejohn (38) dari Washington DC, yang bekerja sebagai konsultan Internal Revenue Service (IRS) - badan pajak AS - dituduh mencuri informasi pengembalian pajak Trump.
"Laporan pajak itu kemudian ia berikan ke dua outlet berita antara tahun 2018 dan 2020," kata Departemen Kehakiman (DoJ) dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Breaking News.
Dokumen pengadilan mengatakan kedua organisasi berita tersebut menerbitkan "banyak artikel" berdasarkan informasi ini.
Littlejohn menolak berkomentar.
Baca juga: Pengadilan AS: Donald Trump Bersalah atas Fraud Penggelembungan Nilai Aset
Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun
Jika terbukti bersalah, Littlejohn terancam hukuman lima tahun penjara.
Belum ada komentar publik dari warga Washington DC tersebut.
Dikutip dari BBC, selain laporan pajak Donald Trump, Littlejohn juga dicurigai mencuri informasi pengembalian pajak "ribuan" "orang terkaya" di AS.
Baca juga: Tak Hadir Dalam Debat Bacapres, Donald Trump Diejek Pesaing
Dokumen pengadilan tidak menyebutkan nama pejabat pemerintah tersebut.
Tapi sebuah sumber telah mengkonfirmasi kepada mitra BBC di AS, CBS News, bahwa nama tersebut adalah mantan presiden Donald Trump.
Sumber yang sama juga mengatakan bahwa organisasi berita yang menerima informasi tentang laporan pajak Trump adalah The New York Times.
The New York Times menolak berkomentar kepada CBS News tentang klaim tersebut.
Sebuah artikel di The New York Times pada tahun 2020, yang diperkirakan didasarkan pada informasi yang bocor, mengklaim bahwa Trump hanya membayar pajak penghasilan federal sebesar $750 (£580) pada tahun 2016, tahun ia mencalonkan diri sebagai presiden AS, dan pada tahun pertamanya di Gedung Putih.
Surat kabar itu juga mengatakan bahwa Trump tidak membayar pajak penghasilan sama sekali dalam 10 dari 15 tahun sebelumnya.
Laporan tersebut mengungkapkan "kerugian kronis dan penghindaran pajak selama bertahun-tahun".
Baca juga: Putin Sindir Sistem Politik AS karena Kasus Donald Trump: Busuk, Pura-pura Ajarkan Demokrasi
Sedangkan organisasi kedua yang menerima informasi tentang individu lain adalah situs ProPublica.
ProPublica buka suara dalam sebuah pernyataan kepada outlet tersebut.
"Kami tidak memiliki komentar mengenai pengumuman hari ini dari DoJ," kata ProPublica.
"Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, ProPublica tidak mengetahui identitasnya. dari sumber yang memberikan segudang informasi mengenai pajak yang dibayarkan oleh orang-orang terkaya Amerika," jelas ProPublica.
Belum ada komentar publik dari Trump, lapor NCB News.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)