TRIBUNNEWS.COM - Kekeringan parah dan suhu panas ekstrem melanda berbagai belahan dunia.
Tak terkecuali, satu di antara sungai terpanjang di dunia yakni Sungai Amazon terkena dampak perubahan iklim.
Bangkai 120 lumba-lumba sungai ditemukan mengambang di anak sungai Amazon di Brasil selama seminggu terakhir.
Sebuah kelompok penelitian di Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi Brazil, Institut Mamiraua mengatakan dua lumba-lumba mati ditemukan pada Senin (2/10/2023) di sekitar Danau Tefe.
“Kami telah mendokumentasikan 120 bangkai dalam seminggu terakhir,” kata Miriam Marmontel, peneliti di Mamiraua Institute.
Marmontel mengatakan sekitar delapan dari setiap 10 bangkai yang ditemukan adalah lumba-lumba merah muda.
Baca juga: Serangan Seekor Hiu Tewaskan Seorang Gadis yang Berenang bersama Lumba-Lumba di Australia
Ada sekitar 1.400 lumba-lumba sungai di Danau Tefe, kata Miriam Marmontel, peneliti dari Mamiraua Institute.
“Dalam satu minggu kita telah kehilangan sekitar 120 hewan di antara keduanya, yang mewakili 5 persen hingga 10 persen populasi,” kata Marmontel, dikutip dari Time.
Para ahli menduga matinya ratusan lumba-lumba itu disebabkan oleh kekeringan parah dan cuaca panas yang ekstrem, dilansir Al Jazeera.
Sejak minggu lalu, suhu di wilayah Danau Tefe lebih dari 39 derajat Celcius, dikutip dari Reuters.
Para ahli juga yakin bahwa permukaan sungai yang rendah selama kekeringan parah telah memanaskan air hingga mencapai suhu yang tidak dapat ditoleransi oleh lumba-lumba.
Ribuan ikan juga mati di sungai Amazon karena kekurangan oksigen di dalam air, media lokal melaporkan.
Lumba-lumba Merah Muda dan Spesies Terancam Punah
Lumba-lumba sungai Amazon, sebagian besar berwarna merah muda mencolok.
Baca juga: Warga Obati Lumba-lumba yang Luka Terkena Jaring dan Terdampar di Pantai Sekerat Kutai Timur
Meraka adalah spesies air tawar unik yang hanya ditemukan di sungai- sungai Amerika Selatan.
Lumba-lumba merah muda Amazon merupakan salah satu dari segelintir spesies lumba-lumba air tawar yang tersisa di dunia.
Siklus reproduksi yang lambat membuat populasi mereka sangat rentan terhadap ancaman.
Dalam bahasa Brazil, lumba-lumba merah muda disebut “boto”.
Boto dan lumba-lumba sungai abu-abu yang disebut “tucuxi” termasuk dalam daftar merah spesies terancam oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam.
Institut Konservasi Keanekaragaman Hayati Chico Mendes di Brazil telah mengerahkan dokter hewan dan ahli mamalia air untuk menyelamatkan lumba-lumba yang masih hidup di danau tersebut.
Badan tersebut juga mengirim ahli untuk menyelidiki kematian lumba-lumba merah muda itu.
Aktivis lingkungan menyalahkan kondisi panas yang luar biasa ini sebagai penyebab perubahan iklim, yang membuat kekeringan dan gelombang panas lebih mungkin terjadi dan parah.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)