TRIBUNNEWS.COM - Sebuah surat kabar Rusia melaporkan bahwa Presiden Vladimir Putin akan mengikuti pemilihan umum (pemilu) pada tahun 2024 mendatang.
Diberitakan Kommersant, November mendatang, Putin akan mengumumkan rencananya mencalonkan diri sebagai Presiden Rusia lagi.
Jika ia memenangkan kursi kepresidenan, itu akan membuka jalan bagi Putin untuk tetap berkuasa hingga tahun 2030, dilansir dari Reuters.
Vladimir Putin yang akan berulang tahun pada 7 Oktober mendatang, akan berusia 77 tahun bila masih jadi presiden.
Seandainya Putin menang pemilu 2024, ia nantinya akan tercatat sebagai presiden atau perdana menteri yang menjabat selama lebih dari tiga dekade, dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: Video Saat Vladimir Putin Masih Imut-Imut Jadi Agen KGB Beredar: Mirip Luka Modric?
Ketika ditanya soal laporan Kommersant, Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov mengaku tidak tahu apa-apa soal isu ini.
“Saya tidak tahu apa-apa tentang kampanye presiden yang diumumkan secara resmi pada bulan November,” kata Peskov kepada wartawan.
“Saya tidak punya informasi seperti itu. Tidak ada lagi yang perlu saya tambahkan," tegas Peskov.
Kommersant mengatakan bahwa ada skenario lain mengenai apa yang mungkin dilakukan Putin pada konferensi tersebut dan keputusan akhir ada di tangannya.
Ada banyak diplomat, mata-mata, dan pejabat memperkirakan Putin akan tetap berkuasa seumur hidup.
Baca juga: Anak-anak Rusia Bersiap Perang, Vladimir Putin Militerisasi Sekolah sejak Dini
Hingga saat ini, belum ada konfirmasi mengenai rencananya untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden tahun 2024.
Profil Vladimir Putin
Dilansir Britannica, Vladimir Putin lahir di Leningrad (sekarang St Petersburg), Rusia pada 7 Oktober 1952.
Karir Putin diawali menjadi staf presiden sebagai deputi dari Kepala Administrasi Kremlin, Pavel Borodin pada tahun 1996.
Dua tahun berselang, Presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin menunjuk Putin menjadi Direktur Federal Security Service (FSB).
Karir Putin semakin melejit ketika tahun 1999, dirinya ditunjuk Yeltsin menjadi perdana menteri.
Tak disangka, di akhir tahun 1999, Yeltsin memutuskan mundur sebagai Presiden Rusia dan menujuk Putin untuk menggantikannya untuk sementara.
Pada Maret 2000, Putin pun mencalonkan diri menjadi presiden dan memenangkan pemilihan umum Rusia dengan raihan suara mencapai 53 persen.
Baca juga: Vladimir Putin Bantah Tuduhan Barat, Rusia Tak Butuh Tentara dari Korea Utara
Empat tahun memimpin Rusia, Putin pun kembali terpilih pada pemilu tahun 2004.
Ia pun masih memegang tampuk kekuasaan di Rusia ketika dirinya ditunjuk oleh suksesornya, Dmitry Medvedev sebagai Perdana Menteri Rusia.
Seakan kekuasaannya tidak pernah runtuh, Putin pun dapat kembali menjadi Presiden Rusia pada tahun 2012 melalui proses pemilu.
Putin juga mengajak suksesor sebelumnya, Dmitry Medvedev sebagai perdana menteri.
Pada saat yang bersamaan, ia pun mundur menjadi Ketua Partai United Russia.
Dalam periode ketiganya, Putin pun mengeluarkan beberapa kebijakan internasional yang menuai kecaman seperti aneksasi Pulau Crimea di Ukraina dan penembakan pesawat maskapai penerbangan Malaysia Airlines pada tahun 2014.
Meski menuai kecaman dalam memimpin, Putin pun kembali terpilih untuk keempat kalinya menjadi Presiden Rusia.
Pada periode keempat, kepemimpinan Putin pernah diterpa isu bahwa negaranya ikut andil dalam Pemilu AS yang digelar pada tahun 2016 yang dimenangkan oleh Donald Trump.
Namun, Putin menepis segala isu terkait hal itu.
Dirinya kembali menuai kecaman setelah mendeklarasikan perang dengan Ukraina pada Februari 2022.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Yohan)