News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Pejabat Rusia ke Dewan Keamanan PBB: Kiev Sudah Habis, Serangan Balasan Ukraina Berakhir

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto ini menunjukkan pemandangan dari atas lokasi kuburan tentara Ukraina yang tewas dalam aksi pertempuran melawan invasi besar-besaran Rusia ke negara itu, 6 Desember 2022 di Kharkiv, Ukraina. Korban dianggap melonjak bertepatan dengan serangan balasan Ukraina, tetapi Kyiv mengatakan pasukannya tetap membuat kemajuan yang signifikan.

Pejabat Rusia ke Dewan Keamanan PBB: Kiev Sudah Habis, Serangan Balasan Ukraina Berakhir

TRIBUNNEWS.COM - Pejabat Rusia mengklaim kalau 'counter offensive' (serangan balasan) pasukan Ukraina yang sudah berlangsung sekitar empat bulan, sudah berakhir.

Serangan balasan tentara Kiev itu ditujukan untuk merebut wilayah-wilayah pendudukan Rusia di teritori yang mereka anggap sebagai kedaulatan Ukraina, termasuk Krimea.

Pasukan Rusia meresponsnya dengan membentuk garis pertahanan kuat, membuat pertempuran dari serangan yang dimulai pada awal Juni silam menghancurkan wilayah-wilayah tersebut.

Baca juga: Bukan Tank Atau Rudal, Meriam Kaliber Kecil Rusia Ini Jadi Malapetaka Bagi Pasukan Ukraina

“Serangan balik” yang dilakukan pasukan Ukraina selama empat bulan telah gagal mencapai tujuannya," kata duta besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, kepada Dewan Keamanan pada Jumat (13/10/2023).

Vassily Nebenzia menyebut, selama beberapa hari belakangan ini, pasukan Rusia telah beralih ke operasi tempur, hampir di seluruh garis depan.

Ujarannya tersebut merujuk pada upaya Rusia merebut kembali daerah-daerah yang sempat diambil alih Ukraina, termasuk di front Barat di antaranya Avdiivka, wilayah Donbass.

"Oleh karena itu, kita dapat mempertimbangkan apa yang disebut sebagai serangan balasan Ukraina secara resmi telah berakhir,” kata Nebenzia.

Menurut utusan Rusia tersebut, serangan Ukraina selama empat bulan hanya mengakibatkan ratusan unit peralatan Barat hancur dan puluhan ribu nyawa orang yang wajib militer oleh rezim Kiev, yang sebagian besar tidak ingin berperang.

"Beberapa dari mereka yang beruntung menyerah dan tetap hidup," tambah Nebenzia.

Merujuk klaim Presiden Rusia, Vladimir Putin pekan lalu di Klub Diskusi Valdai di Sochi, korban di pihak Ukraina berjumlah lebih dari 90.000 orang, 557 tank, dan 1.900 kendaraan lapis baja,

Baca juga: Cuma 12 Orang, Pasukan Siluman Ukraina yang Jalan Kaki Acak-acak Satu Peleton Tentara Rusia

Prajurit Ukraina menaiki tank T-64 selama latihan militer di wilayah Kyiv pada 27 September 2023, di tengah invasi Rusia ke Ukraina. (Genya SAVILOV / AFP)

Cuma Jadi Alat Barat

Vassily Nebenzia juga menggarisbawahi kalau Barat punya andil terhadap perang berkepanjangan yang pada akhirnya membuat Ukraina makin menderita.

"Alih-alih mengakhiri “pembantaian” warga Ukraina di garis depan, negara-negara Barat “terus memberi mereka senjata, seperti obat-obatan kepada seorang pecandu, sehingga memperpanjang penderitaannya,” kata Nebenzia kepada Dewan Keamanan PBB.

Dia mengklaim, Tentara Ukraina sejatinya tidak ingin berperang melawan Rusia, hanya, dorongan Barat membuat mereka terus maju dalam pertempuran yang kerap berakhir dengan sia-sia.

Sumber daya yang dimiliki Kiev, tambahnya, kini berada dalam ambang kritis untuk terus melanjutkan perang.

Kementerian Pertahanan Amerika Serikat, Kamis (19/1/2023) mengumumkan pemberian paket bantuan militer senilai 2,5 miliar dolar AS untuk Ukraina, mencakup 90 tank Stryker dan 59 kendaraan tempur infanteri Bradley untuk melawan potensi serangan Rusia di Ukraina musim semi ini. (Politico)

“Izinkan saya menekankan bahwa Rusia tidak ditentang oleh angkatan bersenjata Ukraina, yang sumber dayanya hampir habis, namun oleh mesin militer kolektif negara-negara NATO dan industri pertahanan gabungan mereka,” tambah utusan Rusia tersebut.

Dia juga menyentil pernyataan Menteri Pertahanan Belanda Kajsa Ollongren baru-baru ini bahwa mempersenjatai Ukraina adalah “cara yang sangat murah” untuk menghadapi Rusia.

“Sinisme mantan mitra Barat kami sungguh luar biasa,” katanya,

"Ukraina yang hidup damai dengan negara-negara tetangganya dan menghormati hak-hak semua warga negaranya “memiliki dan masih memiliki masa depan,” simpul utusan Rusia tersebut.

“Rezim kriminal neo-Nazi [Vladimir] Zelensky tidak melakukannya,” kata dia.

Soal perkembangan situasi serangan balasan tersebut, Kepala intelijen militer Ukraina, Kirill Budanov, mengakui pada hari Kamis bahwa serangan itu tidak hanya berada “di belakang jadwal” tetapi “sepenuhnya di luar jadwal,”.

Baca juga: Bos Intelijen Ukraina Akui Serangan Balasan ke Rusia Gagal, Perang Israel Bikin Kiev Menderita

(oln/*/RT)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini