TRIBUNNEWS.COM - Polisi Brussels Belgia berhasil menembak mati pelaku penembakan yang menewaskan dua warga negara Swedia, Selasa (17/10/2023).
Diketahui, pelaku merupakan seorang pria berusia 45 tahun bernama Abdesalem, ditembak polisi saat berada di sebuah kafe di lingkungan Schaerbeek.
Tersangka diyakini adalah pria asal Tunisia yang berada di Belgia secara ilegal, setelah permohonan suakanya ditolak pada tahun 2020.
Dikutip dari BBC, pria tersebut sempat memposting sebuah video yang mengatakan dirinya telah membunuh orang atas nama Tuhan.
Pihak Kejaksaan Federal meyakini pria tersebut terinspirasi oleh kelompok ISIS.
Menteri Dalam Negeri Belgia, Annelies Verlinden mengatakan kepada lembaga penyiaran publik Flemish VRT, bahwa senjata otomatis yang ditemukan pada pelaku sama dengan yang digunakan dalam serangan hari Senin.
Baca juga: Penembakan di Swedia Tewaskan Dua Orang, Pelaku Mengaku Anggota ISIS
Sementara itu, Perdana Menteri Belgia, Alexander De Croo, menyebut penembakan hari Senin sebagai “tindakan terorisme yang mengerikan”.
"Para pelakunya, mereka mencoba untuk menanamkan ketakutan, ketidakpercayaan dan perpecahan dalam masyarakat bebas kita."
"Teroris harus memahami bahwa mereka tidak akan pernah berhasil dalam niat mereka," ujar De Croo.
Motif Penembakan
Dikutip dari Reuters, Jaksa Federal mengatakan tidak ada bukti pelaku memiliki kaitan dengan konflik Hamas dan Israel.
Baca juga: Dunia Hari Ini: Penembakan Menghentikan Pertandingan Sepak Bola di Belgia
Kemungkinan terbesar, kata Jaksa, motif pelaku melakukan penembakan karena korban merupakan warga negara Swedia.
Seperti diketahui, pada bulan Agustus lalu terjadi insiden pembakaran Al Quran di Swedia.
Tersangka penyerang, yang menyebut dirinya Abdesalem Al Guilani, mengklaim dalam sebuah video di media sosial bahwa dia adalah pejuang Allah.
Jaksa Federal mengatakan korban ketiga, yang terluka namun kondisinya sudah membaik, adalah seorang sopir taksi.