News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

WHO Minta Israel Pertimbangkan Perintah Evakuasi Gaza Utara

Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Palestina membawa barang-barang mereka saat meninggalkan rumah sakit al-Ahli, yang mereka gunakan sebagai tempat berlindung, di Kota Gaza, Rabu, 18 Oktober 2023. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan serangan udara Israel menyebabkan ledakan yang menewaskan ratusan orang di al-Ahli. Rumah sakit Ahli, namun militer Israel mengatakan itu adalah roket Palestina yang salah sasaran.

TRIBUNNEWS.COM - Israel telah memerintahkan semua orang yang berada di Gaza utara untuk mengungsi dari wilayah tersebut.

Termasuk orang-orang yang berada di rumah sakit.

Dikutip dari BBC, Juru Bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tarik Jašarević mengatakan, evakuasi tersebut tidak mudah dilakukan.

Pasalnya, ada sejumlah pasien dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk dipindahkan, seperti bayi dalam inkubator hingga pasien yang memakai ventilator mekanis.

Untuk itu, Tarik menyerukan Israel untuk mempertimbangkan kembali perintah tersebut.

"Ada pasien di sana yang tidak bisa dipindahkan begitu saja, banyak yang memakai ventilator mekanis, ada bayi baru lahir di inkubator, ada yang kondisinya tidak stabil, dan sangat sulit untuk dipindahkan," ujarnya, (23/10/2023) kepada BBC.

Baca juga: PM Belanda Rutte dan Presiden Prancis Macron akan Kunjungi Israel Pekan Ini

"Kami menyerukan Israel untuk mempertimbangkan kembali perintah ini," katanya.

Ia mengatakan empat truk berisi bahan bedah serta obat-obatan untuk penyakit kronis dibawa ke Gaza melalui perbatasan Rafah baru-baru ini, tetapi bantuan ini tidak cukup.

Dia mengatakan ada lebih banyak truk dengan perbekalan yang siap dikirim ke sisi perbatasan Mesir.

Namun tidak ada jaminan keamanan bahwa perbekalan dapat dibawa dengan aman.

Rumah Sakit Gaza Kekurangan Pasokan Medis

Seorang dokter di rumah sakit Al-Shifa, Dr Ghassan Abu Sittah mengatakan, rumah sakit telah kehabisan pembalut luka dan pen untuk memperbaiki patah tulang.

"Disintegrasi sistem terus berlanjut. Semakin banyak korban luka yang datang," katanya.

Pasokan listrik juga menjadi perhatian, terutama bagi pasien yang menjalani perawatan intensif.

"Tanpa listrik, rumah sakit ini hanyalah kuburan massal," katanya.

Staf rumah sakit bekerja 16 hingga 18 jam sambil mengkhawatirkan keselamatan keluarga mereka, tambahnya.

Selain itu, rumah sakit tersebut juga mengalami penuruan pasokan bahan bakar.

Pasokan bahan bakar yang ada diperkirakan habis dalam 48 jam ke depan, dikutip dari Al Jazeera.

Karena aliran listriknya diputus oleh Israel, rumah sakit tersebut beroperasi dengan mengandalkan generator yang menggunakan bahan bakar.

Direktur RS Al-Shifa, Dr Mohammad Abu Salmiya mengatakan, rumah sakit tersebut belum menerima bantuan PBB, di tengah blokade total Israel terhadap Gaza.

Tercatat, RS Al-Shifa memiliki jumlah pasien luka dan staf medis terbanyak di seluruh Jalur Gaza.

(Tribunnews.com, Widya)

 
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini