TRIBUNNEWS.COM - Semua rumah sakit (RS) di Gaza telah ditutup, kecuali unit gawat darurat.
Penutupan RS tersebut dikarenakan pasokan bahan bakar semakin menipis.
"Sebagian besar departemen lain di rumah sakit ditutup karena mereka ingin meminimalkan jumlah bahan bakar yang mereka habiskan," ujar Rushdi Abualouf, koresponden BBC, (25/10/2023).
Dengan begitu, masyarakat di Gaza yang membutuhkan perawatan penyelamatan jiwa seperti dialisis ginjal masih bisa ditangani.
Di dalam rumah sakit, peralatan penting seperti ventilator, monitor, pompa infus, dan inkubator neonatal tidak dapat digunakan tanpa aliran listrik.
Seperti yang kita tahu, pemadaman listrik telah dilakukan.
Baca juga: Ratu Yordania Kritik Standar Ganda Dunia soal Konflik Israel-Palestina di Gaza
Sehingga rumah sakit yang ada di Gaza memerlukan bahan bakar agar tetap dapat beroperasi.
Mads Gilbert, dari Komite Bantuan Norwegia mengatakan, rumah sakit penuh sesak dengan pasien.
"Bayangkan sebuah rumah sakit dengan 5.000 hingga 15.000 pengungsi sipil, penuh sesak dengan pasien yang membutuhkan perawatan bedah, lalu lampu padam. Saya rasa Anda bisa membayangkan betapa sulitnya hal itu," katanya.
Ia menambahkan, ada banyak orang yang terluka parah akibat serangan Israel.
Kondisi tersebut membuat para ibu hamil tertekan sehingga mengalami persalinan prematur.
Selain pemadaman listrik, hal lain yang dibatasi adalah air bersih dan makanan yang dapat menyebabkan wabah penyakit.
Pekerja bantuan PBB di wilayah tersebut telah memperingatkan bahwa mereka akan kehabisan bahan bakar pada Rabu (25/10/2023) malam.
Namun militer Israel menuduh Hamas menimbun bahan bakar, dengan mengunggah foto satelit yang menunjukkan selusin tangki bahan bakardi dalam Jalur Gaza dikatakan mengandung 500.000 liter bahan bakar.
Sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada tanggal 7 Oktober, lebih dari 18.000 orang telah dibawa ke pusat kesehatan di Jalur Gaza, dikutip dari Al Jazeera.
Jumlah ini melebihi kemampuan sistem layanan kesehatan di sini.
Lebih dari 10 rumah sakit tidak dapat beroperasi.
Rumah sakit dan pusat kesehatan lainnya berada di ambang kehancuran.
(Tribunnews.com, Widya)