Mau Masuk ke Gaza, Israel Malah Ribut Sendiri: Serangan Darat Besar-besaran Batal?
TRIBUNNEWS.COM - Para pemimpin militer Israel dilaporkan berselisih dengan para pejabat pemerintah mengenai “bagaimana, kapan, dan bahkan apakah akan” melancarkan invasi darat ke Jalur Gaza.
Laporan ini diungkap New York Times (NYT) dengan mengutip pernyataan beberapa pejabat Amerika Serikat dan Israel.
Diketahui, para pemimpin militer Israel selama berhari-hari secara lantang mengatakan kalau pasukan mereka siap memasuki Gaza, daerah kantong pantai yang sudah terkepung terkepung.
Baca juga: Terowongan Hamas Punya Kedalaman Puluhan Meter, Israel Bisa Rendam Satu Gaza Jadi Danau
Namun rupanya, para birokrat dan pejabat pemerintah Israel malah khawatir kalau invasi tersebut dapat menyeret tentara Israel ke dalam pertempuran perkotaan yang sulit.
Kecemasan itu juga dilandasi ketakutan kalau serangan darat ke Gaza akan membuka konflik yang lebih luas dengan pasukan Hizbullah di Lebanon selatan. .
“Ada juga perdebatan mengenai apakah akan melakukan invasi melalui satu operasi besar atau serangkaian operasi kecil. Dan kemudian ada pertanyaan tentang siapa yang akan memerintah Gaza jika Israel merebutnya,” tambah para pejabat yang enggan disebutkan namanya dilansir NYT.
Kambing hitam atas penundaan serangan darat Israel ke Gaza ini terutama dilimpahkan ke Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Bibi, panggilan Netanyahu, disebutkan membuat marah para pejabat senior karena menolak memberikan lampu hijau untuk militer Israel menyerang masuk ke Gaza.
Perdana Menteri Israel tersebut dilaporkan menginginkan persetujuan bulat dari anggota kabinet perang agar tidak disalahkan atas kegagalan keamanan lainnya.
Maklum, saat Hamas berhasil menembus perbatasan dan berkeliaran di wilayah permukiman Israel, popularitas Netanyahu langsung anjlok karena dianggap gagal menjaga stabilitas keamanan.
Baca juga: Hizbullah Mengganas di Perbatasan Selatan Lebanon: 40 Tentara Israel Tewas, 12 Tank Merkava Hancur
AS Juga Cemas
Tel Aviv mengumumkan rencana segera mengirim pasukan darat ke Gaza sehari setelah faksi perlawanan Hamas Palestina melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa.
Namun tiga minggu kemudian, pemerintahan Netanyahu belum memberikan lampu hijau.
Penundaan ini juga merupakan hasil dari pertemuan maraton yang diadakan dengan para pejabat senior AS pekan lalu, yang dilaporkan menyatakan keraguan mereka atas kemampuan dan kesiapan tentara Israel untuk bisa “membasmi” Hamas.
Karena itu, media Barat mengungkapkan kalau para advisor militer AS sangat terlibat dalam merancang strategi Israel untuk memasuki Gaza.
Meskipun Tel Aviv menahan diri untuk memberikan izin kepada ratusan ribu tentara yang ditempatkan di dekat perbatasan Gaza, selama dua malam terakhir, pasukan khusus Israel dan AS telah melancarkan “serangan terbatas” ke wilayah kantong yang terkepung sebagai persiapan untuk “serangan” tahap pertarungan berikutnya.”
Baca juga: Nge-tes Pasukan Lawan Hamas Masuk ke Gaza, Israel Kembali Lancarkan Serangan Darat Terbatas Beruntun
Hal ini terjadi ketika jet Israel terus membombardir Gaza tanpa pandang bulu, menewaskan lebih dari 7.000 warga Palestina – termasuk 3.000 anak-anak.
Ketika perang memasuki hari ke-20, dukungan dari penduduk Israel itu mulai berkurang, dengan setidaknya 49 persen warga Israel mengatakan mereka ingin pemerintah menunda invasi apa pun ke Gaza, menurut jajak pendapat yang diterbitkan oleh harian Ibrani Maariv pada Rabu, 27 Oktober 2023.
Hal ini sangat berbeda dari survei yang diterbitkan pada 19 Oktober, yang menyatakan 65 persen warga Israel mendukung penuh invasi darat ke Gaza.
(oln/*NYT/TC)