Lancarkan Psywar, Menhan Israel ke Warga Gaza: Perang Berakhir Lebih Cepat Kalau Kalian Buru Sendiri Petinggi Hamas
TRIBUNNEWS.COM - Israel mulai memainkan perang psikologis terhadap warga Gaza yang menderita karena bombardemen negara pendudukan itu selama tiga pekan tanpa henti.
Perang psikologis itu dilancarkan dengan menyerukan kalau perang akan segera berakhir jika warga Gaza Palestina memburu sendiri para petinggi Hamas.
Hal itu diungkapkan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant yang meminta masyarakat di Gaza untuk membunuh sendiri para pemimpin Hamas tersebut demi segera berhentinya bombardemen.
Baca juga: Negara-Negara Arab Mulai Gerah ke Israel, Giliran Aljazair Kirim Sinyal Gabung Perang di Gaza
"Masyarakat di Gaza bisa mengakhiri perang lebih cepat jika mereka sendiri yang membunuh pemimpin Hamas," kata Gallant, Minggu (5/11/2023).
Secara khusus, Yoav Gallant menyebut nama pemimpin Hamas, Yahya Sinwar.
"Kematian Yahya Sinwar akan “memperpendek perang.” Israel telah berjanji untuk menghancurkan Hamas," kata Gallant dalam konferensi pers, menurut The Times of Israel.
Yoav Gallant mengatakan sejauh ini 12 komandan batalion Hamas telah tewas.
“Kepemimpinan Hamas bertanggung jawab. Kami akan mengambil kepemimpinan itu,” ujarnya.
“Kami akan menemukan Yahya Sinwar dan melenyapkannya. Jika penduduk Gaza sampai lebih dulu dari kami, itu akan mempersingkat perang,” kata Yoav Gallant.
Baca juga: Pasukan Khusus AS dan Israel Tewas Kena Jebakan Hamas di Gaza, Inggris Kerahkan Unit Elite SAS
Sosok Yahya Sinwar
Yahya Sinwar adalah seorang komandan milisi Hamas yang menjadi buronan paling dicari oleh Israel.
Ia membantu mendirikan sayap militer Hamas yang disebut Al Majd dan membantu membentuk Hamas pada 1987 saat Intifada Pertama.
Selama bergabung di kelompok milisi, Sinwar bertugas menjalankan cabang keamanan kelompok. Ia berperan menjaga moralitas serta menghukum warga Palestina yang dicurigai bekerja sama dengan Israel.
Yahya Sinwar, yang membantu mendirikan aparat keamanan Hamas, terpilih menjadi pemimpin kelompok tersebut di Jalur Gaza pada tahun 2017.