TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, berbicara dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melalui telepon pada Senin (6/11/2023).
Mereka membahas kemungkinan jeda sementara dan jeda lokal dalam serangan Israel di Jalur Gaza.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, mengatakan Joe Biden ingin memfasilitasi lebih banyak bantuan yang masuk ke Jalur Gaza.
Ia juga berharap lebih banyak orang berkewarganegaraan AS yang segera meninggalkan Jalur Gaza selama jeda tersebut.
"Kami akan terus menganjurkan penghentian sementara dan lokal dalam pertempuran," kata John Kirby kepada wartawan dalam sambungan telepon, Senin (6/11/2023), dikutip dari Reuters.
Baca juga: Perang Israel-Hamas, Jumlah Korban Tewas 11.582 di Kedua Belah Pihak, 1 Anak Terbunuh per 10 Menit
Menurutnya, AS baru memulai proses ini untuk meyakinkan Israel agar melakukan jeda serangan sementara.
"Kami menganggap diri kami berada di awal percakapan ini, bukan di akhir percakapan ini," kata John Kirby.
Seruan itu muncul ketika semakin banyak orang AS yang meninggalkan Jalur Gaza pada Senin (6/11/2023) dan kurangnya truk bantuan yang memasuki Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir.
"Jadi, bantuan yang masuk tidak cukup dan tidak cukup banyak orang yang keluar dari Gaza," lanjutnya.
Lebih dari 300 orang AS telah meninggalkan Jalur Gaza melalui penyeberangan Rafah ke Mesir sejak Rabu (1/11/2023).
John Kirby memperkirakan akan ada lebih banyak warganya yang mengungsi dalam beberapa hari mendatang.
Kekerasan Menyerang ke Tepi Barat
Baca juga: Palestina: Israel klaim membelah Jalur Gaza menjadi Gaza Utara dan Gaza Selatan
Selama panggilan telepon tersebut, Joe Biden dan Netanyahu juga membahas Tepi Barat yang diduduki, di mana lebih dari 140 warga Palestina telah dibunuh oleh militer Israel.
Joe Biden prihatin dengan meningkatnya kekerasan pemukim terhadap warga Palestina, kata Kirby, dan menyerukan agar para pelakunya dimintai pertanggungjawaban, seperti diberitakan The National News.