Eks-PM Israel: Dukungan AS Melemah, Cuma Tinggal 3 Pekan Buat IDF Leyapkan Hamas
TRIBUNNEWS.COM - Mantan perdana menteri Israel dan menteri pertahanan, Ehud Barak menyatakan kekhawatirannya kalau Tentara Israel (IDF) hanya punya waktu beberapa minggu lagi untuk menuntaskan misi mereka melenyapkan Hamas.
Menipisnya waktu bagi Israel tersebut seiring melemahnya dukungan sekutu utama dan abadi mereka, Amerika Serikat (AS) karena tekanan internasional.
Baca juga: Korban di Gaza Tembus 10 Ribu, Presiden Iran Bikin Sejarah Datang ke Arab Saudi Guna Bahas Genosida
AS disebutkan seolah menjadi 'wali murid' bagi Israel untuk meredakan ketegangan yang ditimbukan oleh bombardemen Israel di Gaza.
Menlu AS, Anthony Blinken sepanjang pekan ini diketahui berkeliling Timur Tengah untuk menemui para pemimpin negara-negara yang mengecam aksi Israel tersebut.
Baca juga: Negara-Negara Arab Mulai Gerah ke Israel, Giliran Aljazair Kirim Sinyal Gabung Perang di Gaza
Politico melaporkan, meningkatnya kritik internasional terhadap Israel atas pemboman mengerikan di Gaza, membuat AS juga kian menekan Israel untuk menahan diri, berhenti.
"Yang paling penting, dukungan terhadap kampanye militer Israel, yang telah menewaskan lebih dari 10.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, hanya dalam waktu satu bulan, telah memburuk di AS, pendukung utama Israel," tulis laporan Politico, Selasa (7/11/2023).
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan media tersebut, Barak mengamati retorika para pejabat AS telah berubah dalam beberapa hari terakhir dengan semakin banyaknya seruan ke Israel untuk jeda kemanusiaan dalam pertempuran tersebut.
Diakui secara luas kalau Israel tidak dapat melaksanakan perangnya saat ini, yang dilancarkan sebagai tanggapan atas serangan mendadak Hamas terhadap pemukiman Israel di sekitar Gaza pada tanggal 7 Oktober, tanpa bantuan AS.
Barak khawatir, dukungan awal dari AS untuk Israel yang dihasilkan setelah serangan Hamas akan berkurang.
Hal itu, kata dia, karena video kematian perempuan dan anak-anak Palestina terus disiarkan secara langsung di luar Gaza.
“Anda dapat melihat jendelanya ditutup. Jelas bahwa kita sedang menuju perselisihan dengan Amerika mengenai serangan tersebut. Amerika tidak bisa mendikte Israel apa yang harus dilakukan. Tapi kita tidak bisa mengabaikannya,” kata Barak.
“Kami harus memenuhi tuntutan Amerika dalam dua atau tiga minggu ke depan, mungkin kurang dari itu,” kata dia.
Gema Aksi Genosida Israel Kian Nyaring
Pada 7 November, Washington Post mencatat semakin banyak pengamat di seluruh dunia mulai memandang pemboman Israel terhadap warga sipil Palestina sebagai genosida.
“Dalam protes di seluruh dunia, di koridor Perserikatan Bangsa-Bangsa dan di media sosial, ada satu kata yang semakin nyaring: genosida,” tulis surat kabar tersebut.
Oleh karena itu, ulas koran tersebut, upaya Israel untuk memulihkan citranya setelah serangan Hamas dengan membom warga sipil di Gaza dapat menjadi ujian terhadap pengaruh kuat Israel terhadap kebijakan luar negeri AS, termasuk melalui pengaruhnya di Kongres.
Donatur Israel di Kongres AS
Sehari sebelum wawancara Barak, Washington Post menyoroti peran lobi Israel di Kongres.
“Tidak ada isu di Capitol Hill yang mempersatukan Partai Republik dan Demokrat seperti yang dilakukan Israel, kata anggota kedua partai. Dan aula gedung kantor kongres – yang dipenuhi tanda dan bendera ‘Saya berdiri bersama Israel’ – merupakan bukti sentimen pemersatu tersebut,” lapor Washington Post.
Hal ini merupakan “refleksi dari pengaruh lobi yang kuat selama puluhan tahun, dan ketidakseimbangan keterpaparan sebagai anggota parlemen.”
Stephen Walt, seorang profesor hubungan internasional dan kebijakan luar negeri di Harvard Kennedy School, mengatakan kepada surat kabar tersebut, meskipun lobi Israel telah aktif dan berpengaruh selama beberapa dekade, “tidak ada yang sebanding” di pihak Palestina.
Kelompok pelobi dan individu pro-Israel menyumbangkan hampir 31 juta dolar AS kepada kandidat kongres Amerika selama siklus pemilu tahun lalu.
Kelompok lobi Israel yang paling terkemuka, situs American-Israel Public Affairs Committee (AIPAC) mengatakan kalau 98 persen kandidat yang didukungnya memenangkan pemilu, dan hal ini “membantu mengalahkan” 13 kandidat “yang akan merusak hubungan AS-Israel. ”
Politisi dan pelobi Israel sendiri membanggakan kemampuannya dalam mengontrol dan memanipulasi pemerintah AS.
Pada tahun 2001, Benjamin Netanyahu, yang kini menjalani masa jabatan keenam sebagai perdana menteri Israel, secara pribadi berkata, "Saya tahu apa itu Amerika. Amerika adalah sesuatu yang dapat Anda gerakkan dengan sangat mudah, gerakkan ke arah yang benar,” sehubungan dengan upayanya untuk menyabotase Perjanjian Oslo.
Dalam film dokumenter Al-Jazeera yang dibuat pada tahun 2016, para pemimpin lobi pro-Israel berbicara secara terbuka tentang bagaimana mereka menggunakan uang untuk mempengaruhi proses politik, “dengan cara yang sangat blak-blakan sehingga jika komentar tersebut dibuat oleh para kritikus, mereka akan dituduh melakukan tindakan yang tidak pantas seperti misalnya anti-Semitisme,” The Intercept melaporkan.
(oln/pltc/wp/aljzr/*)