TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim bahwa pemimpin Hamas Yahya Sinwar dikepung dan terisolasi di bungkernya, Selasa (7/11/2023).
Hamas tidak mengomentari status keberadaan Sinwar.
Dilansir Sky News, Yahya Sinwar dianggap sebagai dalang utama serangan 7 Oktober.
Ia adalah orang yang paling dicari Israel di Gaza.
Pria berusia 61 tahun itu membantu membangun sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam.
Yahya Sinwar dikenal sebagai "tukang jagal Khan Younis" karena pencapaiannya yang memburu mata-mata Israel dan orang-orang Palestina yang dicurigai bekerja sama.
Baca juga: Israel Ancam Singkirkan Yahya Sinwar Pemimpin Hamas di Jalur Gaza
Sinwar dihukum pada tahun 1989 atas pembunuhan dua tentara Israel dan empat warga Palestina.
Ia dijatuhi hukuman empat hukuman seumur hidup.
Sinwar menjalani hukuman 22 tahun sebelum dibebaskan pada tahun 2011 sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan.
Dalam kesepakatan tersebut, seorang tentara Israel yang ditangkap, ditukar dengan lebih dari 1.000 warga Palestina.
Selama berada di penjara, Sinwar mengabdikan dirinya untuk mempelajari musuhnya.
Ia belajar bahasa Ibrani dan membaca karya-karya Zionis awal serta politisi Israel.
15 tahun setelah menjalani hukumannya, Sinwar melakukan wawancara dalam bahasa Ibrani di TV Israel di mana dia menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Sekembalinya ke Gaza, Sinwar dengan cepat naik jabatan dalam kepemimpinan Hamas dan diangkat menjadi pemimpin pada tahun 2017.
Dia pernah selamat dari upaya pembunuhan setelah terpilih kembali pada tahun 2021.
Pengepungan Yahya Sinwar
Baca juga: Serang Kamp Pengungsian di Jabalia, Israel Mengaku Targetkan Pemimpin Hamas
Mengutip cbc.ca, pengepungan Yahya Sinwar terjadi saat pasukan Israel berhasil menembus jauh ke dalam kota Gaza, Selasa (7/11/2023).
Warga Gaza mengatakan sebelumnya bahwa tank-tank Israel sudah berada di pinggiran Kota Gaza.
Israel juga mengatakan akan segera memusnahkan pejuang Hamas yang menyerang kota-kota Israel di seberang perbatasan satu bulan lalu.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan tentara Israel sudah beroperasi di jantung Kota Gaza.
Pemimpin paling senior Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, diisolasi di bunkernya, kata Gallant dalam konferensi pers yang disiarkan televisi.
"Pasukan Pertahanan Israel (IDF) datang dari utara dan selatan. Mereka menyerbu dengan koordinasi penuh antara pasukan darat, udara dan laut,” kata Gallant.
“Mereka bermanuver dengan berjalan kaki, kendaraan lapis baja dan tank, bersama dengan insinyur militer dari segala arah, dan mereka memiliki satu sasaran: pasukan Hamas di Gaza, infrastruktur mereka, komandan mereka, bunker, ruang komunikasi.
"Mereka memperketat lingkaran di sekitar Kota Gaza."
Gallant mengatakan bahwa di bawah kota Gaza terdapat terowongan sepanjang beberapa kilo meter yang membentang di bawah sekolah dan rumah sakit.
Terowongan itu disebutnya merupakan gudang senjata, ruang komunikasi dan tempat persembunyian para militan.
Baca juga: Mossad Israel Bantu Polisi Brasil Gagalkan Serangan yang Diduga Direncanakan oleh Hizbullah
“Kota Gaza dikepung, kami beroperasi di dalamnya,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pernyataan yang disiarkan televisi.
“Kami meningkatkan tekanan terhadap Hamas setiap jam, setiap hari."
"Sejauh ini, kami telah membunuh ribuan teroris, baik di atas maupun di bawah tanah.”
Militer Israel mengatakan militan Hamas menembakkan rudal anti-tank ke pasukan Israel dari rumah sakit terdekat dan tentara menemukan senjata disembunyikan di sebuah sekolah di Gaza utara.
Sayap militer Hamas, yang telah menguasai daerah kantong kecil dan padat penduduk itu selama 16 tahun, mengatakan para pejuangnya menimbulkan kerugian besar dan kerusakan pada kemajuan pasukan Israel.
Mereka belum memberikan komentar mengenai kemungkinan nasib Sinwar.
Tidak dimungkinkan untuk memverifikasi klaim medan perang dari kedua belah pihak.
'Penderitaan yang tiada henti'
Masih mengutip cbc.ca, perang kali ini merupakan yang terparah sejak beberapa generasi.
Pertempuran pecah pada 7 Oktober ketika pejuang Hamas menerobos pagar yang mengelilingi Gaza dan membunuh 1.400 warga Israel, dan menculik lebih dari 200 orang, menurut penghitungan Israel.
Baca juga: Negosiasi Israel dan Hamas Masih Terus Berlanjut, Ada Kemungkinan Lebih dari 10 Sandera Dibebaskan
Sejak itu, Israel terus membombardir wilayah pesisir tersebut, menewaskan lebih dari 10.000 orang, yang sekitar 40 persen di antaranya anak-anak, menurut hitungan pejabat kesehatan Gaza.
“Ini merupakan satu bulan penuh pembantaian, penderitaan yang tiada henti, pertumpahan darah, kehancuran, kemarahan dan keputusasaan,” kata Komisaris Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk dalam sebuah pernyataan pada awal kunjungannya ke wilayah Gaza.
Israel, yang berusaha membersihkan Kota Gaza, memberi waktu kepada warganya mulai pukul 10.00 hingga 14.00 waktu setempat untuk berangkat ke bagian selatan Jalur Gaza.
Warga mengatakan tank-tank Israel sebagian besar bergerak pada malam hari.
Pasukan Israel sebagian besar mengandalkan serangan udara dan artileri untuk membuka jalan bagi serangan darat mereka.
Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan 900.000 warga Palestina masih berlindung di Gaza utara, termasuk Kota Gaza.
"Perjalanan paling berbahaya dalam hidup saya. Kami melihat tank-tank tersebut dari jarak dekat. Kami melihat bagian-bagian tubuh yang membusuk. Kami melihat kematian," ujar warga Gaza bernama Adam Fayez Zeyara.
Gallant mengulangi seruan agar warga sipil pindah ke selatan demi keselamatan mereka sendiri.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)