Jurnalis Palestina dan Ambulans Diserang oleh Tentara Israel di Gaza Tengah
TRIBUNNEWS.COM- Jurnalis dan paramedis Palestina diserang oleh tentara Israel di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah pada tanggal 28 November saat pasukan penyerang telah menghancurkan blok pemukiman sejak dini hari.
Wartawan Palestina mengunggah video di media sosial yang memperlihatkan tentara Israel menembaki mereka saat bekerja di Nuseirat.
Sejak dimulainya perang genosida di Gaza, Israel telah menewaskan sedikitnya 190 wartawan Palestina .
Puluhan orang tewas di wilayah kantong yang terkepung tersebut selama 24 jam terakhir, sementara badan-badan PBB menggambarkan krisis di dalam Gaza sebagai 'apokaliptik' atau kiamat.
"Militer Israel masih menargetkan banyak lokasi di Jalur Gaza. Sejak dini hari tadi, telah terjadi ... konsentrasi besar-besaran di kamp pengungsi Nuseirat," wartawan Al Jazeera Tareq Abu Azzoum melaporkan pada Kamis malam dari Gaza bagian tengah.
“Tentara secara efektif menargetkan bagian utara kamp, terutama gedung-gedung tinggi, dan mereka mengerahkan pesawat tanpa awak quadcopter secara sangat luas"
"Kami telah menerima panggilan telepon yang mengkhawatirkan dari warga sipil yang terjebak di sekolah Al-Urouba, yang berada di bagian utara Nuseirat. Para saksi mata mengatakan kepada kami bahwa mereka tidak dapat keluar dari gerbang sekolah itu karena pesawat tanpa awak quadcopter Israel yang menembak siapa pun yang bergerak.”
Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan pada Kamis malam bahwa sekitar 48 warga Palestina tewas dan 53 lainnya terluka di seluruh Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir.
Serangan hebat dan pembantaian juga dilaporkan di Kota Gaza, Khan Younis, Rafah, dan kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara.
Ketika warga sipil Palestina terus terbunuh dalam jumlah puluhan hampir 15 bulan sejak dimulainya genosida Israel, pada Kamis malam, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan dia "siap untuk gencatan senjata di selatan" tetapi bukan untuk mengakhiri perang.
Beberapa jam sebelumnya, PBB kembali mengeluarkan peringatan yang mengatakan kelaparan akan segera terjadi di Gaza dan lebih dari dua juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman.
"Sebagian besar pasokan air Gaza tidak aman untuk diminum. Karena tidak ada tempat untuk berlindung, keluarga-keluarga tinggal di rumah-rumah kosong atau di tempat terbuka," kata PBB dalam sebuah video yang diunggah di media sosial, yang menyebut krisis ini " apokaliptik" atau kiamat.
SUMBER: THE CRADLE