TRIBUNNEWS.COM - Gelombang kabut tebal dan beracun telah meyelimuti kota Lahore di Pakistan pada hari Kamis (9/11/2023).
Kabut asap beracun ini mendorong pihak berwenang untuk menutup sekolah, taman hingga pasar selama empat hari hingga hari Minggu.
Pihak berwenang juga meminta masyarakat untuk menggunakan masker apabila bepergian.
Seorang dokter di Rumah Sakit Utama Mayo di Lahore, Salman Kazmi mengatakan kabut asap ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas atau infeksi.
Oleh karena itu, ia menyarankan masyarakat untuk tetap di rumah saja atau menggunakan masker jika bepergian.
“Memakai masker dan tinggal di rumah adalah dua solusi termudah untuk menghindari dilarikan ke rumah sakit karena penyakit yang berhubungan dengan pernafasan, infeksi pada mata dan penyakit kulit,” kata Kazmi, dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: India dan Pakistan Tutup Sekolah saat Polusi Udara Memburuk di New Delhi dan Lahore
Beberapa warga Lahore mengatakan kepada BBC kabut berbahaya ini berdampak buruk pada kesehatan dan aktivitas sehari-harinya.
“Rasanya atmosfer beracun ini telah menjadi bagian dari hidup kami,” kata seorang pedagang yang bernama Ameer Hamzah.
Ia juga mengatakan matanya mengalami iritasi akibat kabut itu.
“Saya pergi ke berbagai titik untuk memasarkan produk dan ketika saya pulang ke rumah setelah hari yang melelahkan, mata saya merah dan iritasi karena polusi udara. Kemudian pekerjaan saya terpengaruh karena saya sering sakit. Saat ini, saya sedang menyusui pilek, sakit tenggorokan, dan batuk,” ujarnya.
Kota Lahore sebelumnya dikenal sebagai kota taman karena memiliki tanaman hijau yang subur.
Namun sayangnya, akibat kabut asap membuat kota itu menjadi tercemar.
Saat ini, Pakistan secara konsisten menempati peringkat sebagai salah satu negara paling tercemar di dunia.
Laporan yang sama menempatkan Lahore sebagai kota paling tercemar di dunia.