TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengkritik pandangan Amerika Serikat dan negara-negara Barat pendukung Israel yang menyebut Hamas sebagai militan.
Erdogan mengatakan Hamas adalah pejuang yang memperjuangkan kedaulatan Palestina.
"Mereka ingin mengatakan bahwa Hamas adalah organisasi militan. Tidak, ini bukan organisasi militan. Mereka adalah ‘mujahidin’, orang-orang yang berjuang untuk melindung dan memperjuangkan tanah air mereka," kata Presiden Erdogan dalam konferensi pers di KTT Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Riyadh, Arab Saudi, Sabtu (11/11/2023).
Erdogan mengatakan, ia melihat Hamas sebagai partai politik yang memenangkan pemilu di Palestina, bukan militan seperti apa yang digambarkan Israel dan pendukungnya di AS dan Barat.
Menurutnya, saat ini negara-negara Barat hanya menyaksikan semua kebrutalan Israel di Gaza dari 'pinggir lapangan'.
Baca juga: Perang Israel-Hamas, Jumlah Korban Tewas Capai 12.666 Orang di Kedua Belah Pihak
"Sejak hari pertama, saya telah melakukan upaya untuk mempublikasikan pembantaian di Gaza dan menyuarakan perjuangan Palestina, baik melalui kunjungan maupun diplomasi telepon," kata Erdogan, dikutip dari media Turki, Anews.
Presiden Turki itu lalu menekankan pada pentingnya kunjungannya ke Jerman pada 17 November 2023 untuk menyampaikan pesan tersebut ke Barat.
Hamas memenangkan pemilu untuk memilih Dewan Legislatif Palestina (PLC) kedua, badan legislatif Otoritas Nasional Palestina (PNA) pada 25 Januari 2006, sebelum terjadi perselisihan dengan faksi Fatah.
Erdogan Kritik Pemimpin Uni Eropa
Baca juga: Tentara Israel Diduga Keponakan Istri PM Netanyahu Dikabarkan Tewas di Tangan Brigade Al-Qassam
Presiden Erdogan ditanya oleh wartawan tentang sikapnya terhadap laporan Komisi Eropa tahun 2023 yang menyatakan ketidaknyamanannya atas pernyataan Turki tentang Hamas.
Menurut Erdogan, Uni Eropa memiliki sudut pandang yang negatif tentang pernyataan Turki.
"Apakah Uni Eropa melihat martabat kemanusiaan dalam pembantaian yang dilakukan Israel, apakah Uni Eropa menghormati hal tersebut? Kita perlu menanyakan hal seperti ini secara terbalik kepada Uni Eropa," kata Erdogan, dikutip dari Anadolu.
"Saya belum melihat satu pun negara anggota Uni Eropa mengambil sikap jelas sejauh ini. Pernyataan tersebut mulai terungkap sekarang, seperti pernyataan (Presiden Prancis) Macron baru-baru ini," lanjutnya, merujuk pada Presiden Prancis yang menyerukan gencatan senjata kepada Israel.
Erdogan menegaskan, ia tidak bisa berpikir seperti para pemimpin di Uni Eropa.
Baca juga: Erdogan Sebut DK PBB Tak Berguna, Buta saat Israel Bunuh 11.100 Warga Palestina di Gaza
"Uni Eropa memandang Hamas sama seperti Israel. Namun kita tidak berpikir, belum berpikir, dan tidak bisa berpikir seperti mereka. Karena saya melihat Hamas sebagai pemenang pemilu di Palestina, sebuah partai politik," tambahnya.
Presiden Turki itu juga membandingkan sikap AS dan negara-negara Barat dengan cepat bereaksi dan menentang invasi Rusia ke Ukraina, namun diam ketika lebih dari 11.100 warga Palestina dibom oleh Israel di Gaza.
"Apakah para pemimpin dunia secara khusus menentang Israel dalam peristiwa di Palestina ini? Apakah mereka mengkritik Israel? Tidak," kata Erdogan.
Deklarasi Bersama KTT OKI-Liga Arab
Dalam konferensi pers itu, Erdogan mengatakan mereka telah membuat Deklarasi Bersama terkait kekerasan yang terjadi di Gaza saat ini.
"Ada teks yang berisi banyak poin tindakan dan belum pernah dikatakan sebelumnya," katanya.
“Saya ingin kita memulai diplomasi telepon (Israel-Palestina) setelah KTT Riyadh. Saya harap kita juga akan memulainya secara intensif,” lanjutnya.
Dalam konferensi pers itu, Erdogan mengatakan tradisi OKI pada umumnya adalah memberikan kecaman dan membuat acuan tindakan bersama.
Di antaranya, mereka sepakat mendefinisikan pemukim Israel di wilayah pendudukan sebagai militan, mengusulkan "Konferensi Perlucutan Senjata Nuklir", penyaluran bantuan, dll.
Pernyataan Presiden Turki Erdogan ini menyusul serangan Israel di Jalur Gaza ini, yang menanggapi serangan terbaru Hamas di Israel dengan menerobos perbatasan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas menculik kurang lebih 240 orang di Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang di wilayah Israel.
Sementara itu, serangan balasan Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 11.100 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Senin (13/11/2023), dikutip dari Al Jazeera.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel