Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV – Setelah mendapat desakan Amerika Serikat, Israel akhirnya mengizinkan 2 truk pengangkut bahan bakar minyak yang membawa 140.000 liter (36.985 galon) BBM masuk ke wilayah Gaza.
BBM tersebut bukan untuk menopang kebutuhan penyalaan genset rumah sakit di Gaza yang kini berhenti beroperasi karena aliran listrik mati total setelah dibombardir jet tempur Israel, tapi hanya untuk memenuhi kebutuhan personil Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Gaza.
Warga Gaza sendiri saat ini menghadapi bencana kelaparan karena tidak ada pasokan pangan kekurangan pasokan air setelah akses jalur pengiriman bantuan dan komunikasi terkepung oleh tentara Israel.
Seorang pejabat Israel yang menolak disebutkan namanya mengatakan dua truk yang mengangkut bahan bakar minyak (BBM) akan diizinkan masuk ke Gaza untuk memenuhi kebutuhan PBB.
Jumlah BBM tersebut hanya digunakan untuk memberikan dukungan “minimal” untuk sistem air, limbah dan sanitasi di Gaza demi mencegah pandemi.
Keputusan tersebut diambil oleh pejabat Israel setelah adanya permintaan dari Washington, sembari mengatakan mengizinkan masuknya bahan bakar akan memberi Israel ruang ekstra untuk bermanuver di arena internasional sehingga dapat melanjutkan kampanyenya memerangi militan Hamas di Gaza.
“Kami mendapat desakan dari Amerika Serikat untuk mengizinkan bahan bakar masuk ke wilayah Gaza sesegera mungkin,” kata pejabat itu.
Baca juga: Rudal Hizbullah Hancurkan Drone Hermes Israel, 5 Pasukan IDF Tewas di Pertempuran Jalur Gaza
Namun, keputusan untuk mengizinkan masuknya pasokan bahan bakar justru ditentang oleh Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich.
Menurut Smotrich, keputusan mengizinkan bahan bakar masuk ke wilayah Gaza merupakan “kesalahan fatal”. “Ini menunjukkan kelemahan, memberikan oksigen kepada musuh,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Israel Ngebom Sekolah Al-Fakhoora di Gaza Utara, 50 Pengungsi Anak-anak dan Perempuan Tewas
Israel sendiri telah memberlakukan blokade ketat terhadap semua barang yang memasuki Gaza yang dikuasai Hamas ketika melancarkan kampanye militer sebagai tanggapan terhadap amukan kelompok militan Palestina pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang.