News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ukraina Semakin Terdesak, Presiden Zelensky Justru Pecah Dengan Panglima Perang

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky

TRIBUNNEWS.COM -- Di tengah perjuangan mengusir Rusia, para pemimpin di Ukraina justru berkonflik.

Perang kata-kata di media Barat pun menggambarkan betapa Presiden Volodymyr Zelensky dengan panglima angkatan bersenjata Ukraina, Jenderal Valery Zaluzhny tidak kompak lagi.

Mereka bahkan terlihat saling menyerang di media.

Berawal dari sebuah pernyataan Zaluzhny di The Economist bahwa konflik dengan Rusia telah menemui jalan buntu.

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-636, Lagi-lagi AS Kirim Bantuan untuk Zelensky

Zaluzhny menambahkan bahwa Rusia pada akhirnya akan menang karena populasinya yang lebih besar dan sumber daya yang lebih besar.

Zelensky langsung mencak-mencak dan menganggap pernyataan Zaluzhny tersebut sebagai kesalahan besar.

Ia menganggap kalau bos militer negaranya itu telah memasuki ranah politik.

Zelensky menyindir dengan sinis mengatakan “jika seorang militer memutuskan untuk berpolitik, itu adalah haknya, maka dia harus terjun ke dunia politik dan kemudian dia tidak bisa menghadapi perang.”

Mantan pelawak itu pun menyebut jika seorang pimpinan militer berpolitik makan dia sebaiknya meninggalkan dunia militer.

"Anda berperilaku sebagai politisi dan bukan sebagai orang militer, dan saya pikir itu adalah kesalahan besar,” tambah Zelensky.

“Dengan segala hormat kepada Jenderal Zaluzhny dan semua komandan yang berada di medan perang, terdapat pemahaman mutlak mengenai hierarki dan hanya itu, dan tidak boleh ada dua, tiga, empat, lima [pemimpin],” Zelensky mengatakan kepada tabloid Inggris tersebut.

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-636, Lagi-lagi AS Kirim Bantuan untuk Zelensky

Sesuai dengan hukum dan di masa perang, lanjutnya, hal ini bahkan tidak bisa dibicarakan. Itu tidak mengarah pada persatuan bangsa.”

Sebelum wawancara Zaluzhny dengan The Economist, sebuah laporan di The Times menyatakan bahwa Zaluzhny telah mendesak Zelensky untuk membatalkan serangan balasan musim panas Ukraina terhadap pasukan Rusia, namun Zelensky menolaknya.

Militer Ukraina akhirnya kehilangan lebih dari 90.000 tentara selama serangan Juni-Oktober dan 13.700 tentara lainnya sepanjang bulan ini, menurut angka terbaru dari Kementerian Pertahanan Rusia.

“Ada konflik antara presiden dan militer,” kata mantan penasihat Zelensky, Aleksey Arestovich, kepada surat kabar Spanyol El Mundo awal bulan ini.

“Panglima mengatakan satu hal tentang perang dan prospek kemenangan, sedangkan presiden mengatakan sesuatu yang sama sekali berbeda. Ini bukan situasi normal.”

Arestovich telah beberapa kali mendesak Zelensky untuk mengadakan pemilu tahun depan, dan telah mengisyaratkan bahwa ia akan mencalonkan diri sebagai presiden jika pemungutan suara diadakan.

Namun, Zaluzhny adalah tokoh populer di Ukraina, dan Arestovich mengatakan bahwa sang jenderal bisa muncul sebagai “satu-satunya” penantang Zelensky.

Saat ditanya menenai engan para komandannya, presiden mengatakan para jenderal yang terjun ke dunia politik melakukan kesalahan.

Dia juga memperingatkan para petinggi berisiko tidak ditaati oleh tentara mereka jika mereka mengambil sikap politik.

Zelensky berbicara tentang para komandan Ukraina yang terjun ke dunia politik setelah tahun 2014, ketika Rusia mencaplok Krimea.

“Itu terjadi setelah tahun 2014, ketika masing-masing partai politik menginginkan beberapa orang militer, bintang perang, dan saya yakin itu adalah kesalahan yang sangat besar.

“Mereka didorong ke dunia politik karena semuanya hancur, reputasi, dll.”

Pendukung Jenderal Zaluzhny menstensil potretnya di kota-kota yang telah dibebaskan tahun lalu.

Dia dianggap mendalangi perlawanan Ukraina. Dan Zaluzhny dikabarkan berpotensi menjadi rival Zelensky jika ia memutuskan menjadi politisi.

Dalam pesan terselubung kepada para komandan, Zelensky mengatakan: “Jika seorang militer memutuskan untuk berpolitik, itu adalah haknya, maka dia harus terjun ke dunia politik dan kemudian dia tidak bisa menghadapi perang.

“Jika Anda mengelola perang dengan mengingat bahwa besok Anda akan melakukan politik atau pemilu, maka dalam perkataan Anda dan di garis depan Anda berperilaku sebagai politisi dan bukan sebagai orang militer, dan saya pikir itu adalah kesalahan besar.”

Zelensky juga memperingatkan bahwa tentara kotak sabun berisiko melakukan pembangkangan yang akan mengancam persatuan Ukraina.

Dia menambahkan: “Dengan segala hormat kepada Jenderal Zaluzhny dan semua komandan yang berada di medan perang, ada pemahaman mutlak tentang hierarki dan hanya itu, dan tidak boleh ada dua, tiga, empat, lima.

“Itu benar, sesuai dengan hukum dan di masa perang hal ini bahkan tidak bisa dibicarakan. Itu tidak mengarah pada persatuan bangsa.”

Jenderal Zaluzhny mengatakan kepada The Economist bahwa garis depan mengalami kebuntuan seperti Perang Dunia Pertama karena kedua belah pihak memiliki teknologi serupa.

Dia mengklaim untuk memecahkan kebuntuan ini diperlukan drone dan peperangan elektronik yang lebih baik untuk mendeteksi roket yang masuk.

Dia berkata: “Kemungkinan besar tidak akan ada terobosan.”

Zelensky menjawab: “Secara moral, tidak ada kebuntuan.

“Kami berada di rumah kami. Rusia ada di tanah kami. Oleh karena itu tidak ada jalan buntu.

“Soal langit, tidak ada jalan buntu. Rusia punya kekuatan lebih besar dalam hal itu.”

Zelensky kemudian memecat salah satu deputi Jenderal Zaluzhny yang bertanggung jawab atas pasukan khusus.  (The Sun/Russia Today)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini