News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ada Seruan Pecat Karena Kekejamannya Terhadap Rakyat Gaza, Bagaimana Posisi Benjamin Netanyahu?

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu

TRIBUNNEWS.COM -- Akibat kekejamannya terhadap rakyat Palestina, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu didesak untuk mundur.

Ada seruan untuk memecat Netanyahu setelah operasi militernya menewaskan 14.000 warga Gaza.

Namun apakah posisi Benjamin Netanyahu tidak aman?

Dalam jajak pendapat di Partai Likud yang dipimpinnya, diprediksi semakin kuat posisinya di Partai Likud.

Baca juga: PM Netanyahu Ajak Elon Musk Tour ke Wilayah Israel Bekas Serangan Hamas

Dalam sebuah jajak pendapat internal, kecil kemungkinan terjadinya kudeta pada dirinya sebagai ketua partai Likud.

Dikutip dari Jerusalem Post, hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan kemungkinan kudeta terhadap dirinya terbilang kecil.

Sebanyak 30 persen anggota Likud saja yang menyatakan tidak mendukungnya, sementara 70 persen menyatakan kesetiaannya.

Namun, dukungan yang diperoleh perdana menteri saat ini di antara para anggota hadir dengan syarat jika perdana menteri mencoba memajukan pemilu, gambarannya mungkin berubah dan ia akan kehilangan pendukungnya.

Survei Lain

Sementara pada jajak pendapat Maariv yang dilakukan hampir seminggu setelah aksi Hamas pada 7 Oktober, menunjukkan Partai Likud tertinggal dari Partai Persatuan Nasional pimpinan Benny Gantz dengan selisih 22 kursi.

Partai-partai oposisi akan memperoleh keunggulan besar atas partai-partai yang berkuasa saat ini, dengan 78 kursi dibandingkan 42 kursi koalisi.

Dua bulan sebelum penyerangan oleh Hamas, jajak pendapat berbeda, yang juga dilakukan oleh Maariv, menghasilkan kesimpulan yang sama bahwa partai Gantz akan memimpin dalam pemilu berikutnya, yang akan berlangsung pada tahun 2026.

Jajak pendapat pada bulan Agustus memang menunjukkan bahwa partai Netanyahu memperoleh lebih banyak kursi dibandingkan jajak pendapat pada bulan Oktober – dengan perkiraan mencapai 27 kursi.

Namun demikian, jajak pendapat tersebut juga menyatakan bahwa partai-partai oposisi akan memiliki keunggulan atas partai-partai koalisi.

Baca juga: Lobi Gencatan Senjata Permanen, Elon Musk Akan Temui PM Benyamin Netanyahu di Israel

Seruan Pemecatan Netanyahu

Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Barak, menyerukan pemecatan terhadap Benjamin Netanyahu.

Oleh Barak, Netanyahu dianggap "tidak layak untuk memimpin Israel".

Pernyataan Barak ini disampaikan dalam sebuah artikel opini yang diterbitkan di media Israel, Haaretz.

Dikutip dari AlJazeera, Barak yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dan Jenderal militer, mengatakan Netanyahu "tidak dapat mengatasi" kompleksitas situasi di Israel saat ini.

"Dia (Netanyahu) harus mundur sebelum konsekuensi dari kelemahannya semakin menjadi-jadi," tambah dia.

Barak menyerukan pembentukan pemerintah persatuan nasional "tanpa Netanyahu dan kelompok ekstrem kanan".

Barak kerap mengkritik Netanyahu yang saat ini menjabat sebagai Perdana Menteri Israel.

Dalam sebuah wawancara bersama France24 pada pertengahan November 2023 lalu, Barak mengatakan Netanyahu tak memiliki kepercayaan dari rakyat maupun tentara Israel.

Seruan soal pemecatan Netanyahu bukanlah yang kali pertama.

Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, sebelumnya juga mendesak pemecatan Netanyahu pada pertengahan November 2023.

Lewat X (dulu Twitter), Lapid mengatakan "waktunya telah tiba" untuk koalisi pemerintahan baru di Israel.

Ia juga memaparkan visinya untuk "pemerintahan rekonstruksi nasiona", yang menurutnya akan dipimpin pemimpin lain dari partai sayap kanan Likud milik Netanyahu, tapi tidak akan menyertakan perdana menteri atau "kaum ekstremis".

"Waktunya telah tiba - kita perlu membentuk pemerintahan rekonstruksi nasional. Likud akan memimpinnya, Netanyahu dan para ekstremis akan digantikan."

"Lebih dari 90 (anggota parlemen) akan menjadi mitra dalam koalisi baru dan rekoneksi," cuit dia, dikutip dari The Hill.

“Yang lemah adalah pemerintah, dan khususnya perdana menteri. Dana koalisi terus mengalir, perawatan para pengungsi dan korban luka adalah kegagalan yang memalukan, tidak ada yang mau repot-repot menutup kantor-kantor pemerintah yang tidak diperlukan, advokasi adalah bencana yang sedang berlangsung."

“Netanyahu telah kehilangan kepercayaan dari warganya, kepercayaan dari komunitas internasional dan yang paling serius – kepercayaan dari sistem keamanan,” tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini