TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Israel menolak menerima kembali tiga sandera yang tewas dalam serangan udara Israel di Gaza.
Hal ini disampaikan oleh anggota Hamas Mohammad Nazzal, Kamis (30/11/2023).
“Kami siap menyerahkan jenazah para tahanan Israel, tetapi pihak berwenang Israel menolak mengambil jenazah mereka,” ujarnya kepada Al Jazeera.
Mohammad Nazzal mengatakan, Hamas telah berusaha mencapai gencatan senjata permanen.
Namun, kata dia, pihak berwenang Israel sejauh ini menolaknya.
“Saya pikir ada perpecahan di dalam kepemimpinan Israel, lembaga politik dan militer."
"Hingga saat ini, mereka belum memutuskan apakah siap menghentikan perang atau melanjutkan perang,” tambah Nazzal.
Baca juga: Ahed Tamimi: Perempuan Palestina di Penjara Israel Tanpa Baju, Dipukuli dan Tak Diberi Minum
Gencatan Senjata di Gaza Diperpanjang
Diberitakan BBC, Israel dan Hamas telah sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata mereka satu hari lagi.
Gencatan senjata sementara diperpanjang untuk hari ketujuh, setelah mediasi dengan Qatar.
Kesepakatan tersebut telah menyebabkan pembebasan puluhan sandera Hamas dengan imbalan warga Palestina yang ditahan di penjara dan pengiriman bantuan ke Gaza.
Pada Rabu (29/11/2023) malam, 16 sandera lainnya yang ditawan oleh Hamas dibebaskan, begitu pula 30 warga Palestina yang ditahan Israel.
Sejauh ini, sebanyak 102 sandera Israel telah dibebaskan.
Kemudian, 210 tahanan Palestina telah dibebaskan.
Kini, sekitar 140 warga Israel masih ditawan.
Baca juga: Bulan Sabit Merah Palestina Desak Israel Segera Bebaskan Staf Medis yang Ditahan
Militer Israel mengatakan gencatan senjata sementara diperpanjang, mengingat upaya mediator untuk melanjutkan proses pembebasan sandera dan tunduk pada ketentuan kerangka kerja.
Kantor Perdana Menteri Israel lalu mengonfirmasi perpanjangan tersebut.
Israel mengatakan pihaknya telah menerima daftar baru sandera perempuan dan anak-anak, meskipun tidak merinci berapa banyak nama yang ada dalam daftar tersebut.
Hamas mengatakan ada kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata hingga hari ketujuh, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Gencatan senjata awalnya akan berlangsung selama empat hari sejak Jumat (24/11/2023), namun telah diperpanjang.
Ketika perjanjian itu dinegosiasikan, Israel mengatakan jeda pertempuran akan diperpanjang satu hari untuk setiap 10 sandera yang dibebaskan.
Baca juga: Menlu Indonesia Desak Dewan Keamanan PBB Wujudkan Gencatan Senjata Permanen Israel-Hamas
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan gencatan senjata membuahkan hasil dan harus dilanjutkan.
“Kami telah melihat selama seminggu terakhir perkembangan yang sangat positif dari para sandera yang pulang ke rumah, berkumpul kembali dengan keluarga mereka,” ujarnya pada pertemuan dengan Presiden Israel Isaac Herzog di Tel Aviv, Kamis.
“Hal ini juga memungkinkan peningkatan bantuan kemanusiaan untuk diberikan kepada warga sipil tak berdosa di Gaza yang sangat membutuhkannya," lanjut dia.
Namun pada hari Rabu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengulangi janji sebelumnya untuk melanjutkan perang setelah gencatan senjata berakhir.
Baca juga: AS Tekan Israel Persempit Zona Tempur di Gaza Selatan, Netanyahu Diminta Lebih Hati-hati
“Tidak mungkin kita tidak akan kembali berperang sampai akhir."
"Ini adalah kebijakan saya, seluruh kabinet mendukungnya, seluruh pemerintah mendukungnya, tentara mendukungnya, rakyat mendukungnya, ini adalah hal yang tepat," kata Netanyahu.
Sebagai informasi, warga di Jalur Gaza tetap khawatir tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya, dilansir Al Jazeera.
Lebih dari 15.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Di Israel, jumlah korban tewas resmi mencapai sekitar 1.200 orang.
(Tribunnews.com/Nuryanti)