Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM – Israel memperketat truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza yang masuk ke wilayah itu melalui perbatasan Rafah di Gaza Selatan yang berbatasan dengan Mesir.
Pasukan Zionis itu ingin memastikan bantuan kemanusiaan tersebut tidak jatuh ke tangan pejuang Hamas.
Sejumlah truk mengangkut bantuan kemanusiaan memang kembali memasuki Jalur Gaza setelah berakhirnya gencatan senjata antara Israel dengan Hamas.
“Kru Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) kini telah menerima bantuan kemanusiaan melalui penyeberangan Rafah dari mitra kami di Bulan Sabit Merah Mesir,” kata juru bicara PRCS dalam sebuah pernyataan.
PRCS menyatakan telah menerima kirim 50 truk bantuan kemanusiaan yang berisi makanan, air minum, bantuan pasokan medis dan obat-obatan.
Sebagaimana diketahui, sekitar 200 truk telah berhasil masuk wilayah Gaza setiap hari selama gencatan senjata berlangsung.
Jumlah tersebut tergolong rendah jika dibandingkan 500 truk bantuan yang memasuki Jalur Gaza setiap hari sebelum perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023.
Baca juga: AS Akan Jatuhkan Sanksi Larangan Visa Warga Israel Pasca Pembantaian Warga Palestina di Gaza
Kesulitan utama truk-truk bantuan kemanusiaan saat akan memasuki Jalur Gaza adalah adanya pos pemeriksaan Israel yang telah didirikan sebagai bagian dari sistem sejak 21 Oktober 2023, ketika pengiriman pertolongan pertama mulai diizinkan masuk.
Sistem ini memungkinkan Israel dengan susah payah memeriksa setiap truk untuk meredakan kekhawatiran bahwa bantuan kemanusiaan akan sampai ke tangan Hamas.
PBB juga telah melobi Israel untuk membuka penyeberangan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) di dekat Rafah yang dulunya digunakan untuk menangani barang dalam jumlah besar sebelum perang, tetapi Israel menolak.
Baca juga: Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional Desak Israel Hentikan Kekerasan di Gaza
“Operasi kemanusiaan di Gaza sebagian besar telah terhenti, kecuali layanan di tempat penampungan dan terbatasnya distribusi tepung di wilayah selatan Wadi Gaza,” kata Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) dalam laporan terbarunya.
“Evakuasi orang-orang yang terluka dan berkewarganegaraan ganda ke Mesir, dan kembalinya warga Gaza yang terdampar di Mesir, juga terhenti,” sambungnya.
Berdasarkan data terbaru, jumlah warga Palestina yang terbunuh akibat serangan Israel di Gaza telah meningkat menjadi 15.207 orang, di mana mayoritas dari mereka adalah wanita dan anak-anak.