Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, SAN FRANCISCO – Ratusan pendemo yang terdiri dari mantan karyawan dan pendukung pro-Palestina melakukan aksi demo besar – besaran di depan kantor Google yang berlokasi di San Francisco, California sejak Kamis (15/12/2023).
Demo ini digelar sebagai bentuk protes atas kerjasama yang dijalin Google dengan Israel.
Sejak dua tahun terakhir Google diketahui menjalin hubungan harmonis dengan pemerintah Israel lewat peluncuran Google Cloud Next.
Baca juga: Meski Mendapat Kecaman Global, Israel Tak Berhenti Menyerang Gaza
Proyek senilai 1,22 miliar dolar ini digagas Google dengan tujuan untuk menyediakan teknologi cloud kepada pemerintah dan militer Israel agar mempercepat transformasi digital negara tersebut.
Namun banyak pihak menilai hadirnya layanan ini dapat membantu pemerintah Israel melakukan pengumpulan data yang tidak sah terhadap warga Palestina.
Selain itu teknologi cloud dapat memfasilitasi pemerintah Israel menjalankan segregasi ras dengan tujuan perluasan pemukiman ilegal Israel di tanah Palestina.
“Warga Palestina sudah dirugikan oleh pengawasan dan kekerasan Israel. [Dengan] menyediakan teknologi canggih mereka kepada pemerintah dan militer pendudukan Israel Google membantu membuat apartheid Israel lebih efisien, lebih keras, dan bahkan lebih mematikan bagi warga Palestina," ujar salah satu pendemo.
Sambil mengibarkan bendera Palestina dan spanduk bertuliskan “Tidak Ada Teknologi untuk Apartheid” sejumlah demonstran tampak berbaring di depan kantor Google dengan menggunakan kain putih yang dihiasi logo meme Google bertuliskan kata “genosida.”
Ratusan orang itu dengan kompak menyerukan perintah agar Google mengakhiri kontrak kerjasama teknologi cloud dengan pemerintah Israel. Sementara itu pihak juru bicara Google hingga kini belum memberikan komentar apapun terkait unjuk rasa ini.
Mengutip dari San Francisco Chronicle, aksi protes seperti bukan kali pertama yang dihadapi Google. Sebelumnya perusahaan teknologi asal Amerika ini telah berulang kali menghadapi tuntutan dari mantan karyawan hingga beberapa organisasi kemanusian, seperti Jewish Voice for Peace dan MPower Change atas kampanye “No Tech for Apartheid'.
Bahkan buntut dari aksi demo ini, pada akhir tahun lalu Google terpaksa memecat 500 karyawan usai mereka menandatangani petisi yang memprotes teknologi could dan project Nimbus besutan yang digunakan Israel menjalankan apartheid dan pembersihan etnis Palestina.