News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

WHO Sebut Gaza Seperti Neraka, 300 Orang Meninggal Setiap Hari

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang wanita bereaksi ketika petugas medis mengangkut seorang pria Palestina yang terluka dalam pemboman Israel, di rumah sakit Nasser di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 17 Desember 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.

TRIBUNNEWS.COM, GAZA -  Jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Gaza, Palestina, terus bertambah setiap hari.

Bahkan Badan Kesehatan Dunia PBB ( World Health Organization/WHO) mengungkapkan ada sekitar 300 kematian terjadi setiap hari di Gaza.

Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut Gaza sebagai neraka dunia.

Ia juga mengatakan dari 36 rumah sakit di sana, hanya sembilan yang berfungsi sebagian.

“Saya sampai tak bisa menghitung berapa banyak ketika saya pikir krisis di Gaza tidak bisa lebih menyeramkan lagi. Tetapi itu terjadi lagi,” ujar Ghebreyesus dikutip dari Palestine Chronicle, Jumat (22/12/2023).

WHO menyebutkan sekitar 20.000 orang terbunuh akibat agresi Israel dan kebanyakan anak-anak serta perempuan.

“Dan dengan lebih dari 52.000 orang (dan terus bertambah) menderita luka-luka yang mengancam jiwa dan mengubah hidup, dalam waktu 3 bulan ini adalah hal yang mengerikan dan yang terpenting sebuah parodi kemanusiaan,” keluhnya.

“Sebuah horor tak akhir bagi mereka yang terjebak di apa yang disebut sebagai neraka dunia,” tambahnya.

Ghebreyesus pun menyerukan agar gencatan senjata segera dilakukan, dan ia mencantumkan poin-poin untuk menyimpulkan situasi saat ini.

“Kita saat ini tengah menyaksikan, rata-rata sekitar 300 kematian setiap hari ketika perang berkecamuk, sistem kesehatan yang hancur dengan hanya 9 dari 36 rumah sakit di Gaza yang berfungsi sebagian, dan taka da satupun yang berfungsi di utara,” ujarnya.

Ia juga menambahkan banyaknya anak-anak yang menjadi yatim piatu setelah orang tuanya di bunuh, serta penyakit, kelaparan dan kekurangan air bersih, dan sanitasi yang menimbulkan risiko lebih lanjut selain bom dan peluru.

“Ruang kemanusiaan yang selalu berhaya dan terbatas untuk menyalurkan pasokan medis yang menyelamatkan jiwa,” katanya.

“Trauma kesehatan mental yang akan menghantui banyak orang selama bertahun-tahun. Pembantaian haarus dihentikan. Kami membutuhkan gencatan senjata sekarang,” sambungnya.

Berbahaya Bagi Anak-anak

Badan Perserikatan Bangsa Bangsa yang menaungi anak-anak, UNICEF menyatakan bahwa Gaza merupakan tempat paling berbahaya di dunia khususnya bagi anak-anak.

Hal itu didasarkan atas kekejaman militer Israel yang mengebom, melukai, dan membunuh ribuan anak-anak yang merupakan warga sipil Gaza.

“Saya sangat marah karena mereka yang berkuasa mengabaikan hal ini karena mimpi buruk kemanusiaan ini menimpa satu juta anak,” ujar James Elder, juru bicara UNICEF dalam sebuah pernyataan setelah dirinya mengunjungi Gaza.

“Saya juga prihatin karena begitu banyak anak yang saya temui tidak bisa berduka atas kematian ibu, ayah, dan keluarganya,” imbuhnya.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 19.400 warga Palestina telah terbunuh akibat perang yang terjadi antara Israel dengan militan Palestina Hamas sejak 7 Oktober 2023.

Dari jumlah itu, sekitar 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Elder juga merasa prihatin saat rumah sakit Al Nasser di Khan Yunis, Gaza selatan terkena serangan sebanyak dua kali dalam 48 jam terakhir.

Rumah sakit tersebut menampung sejumlah besar anak-anak yang terluka parah serta ratusan wanita dan anak-anak yang mencari keselamatan.

"Mereka tidak aman di rumah sakit. Mereka tidak aman di tempat penampungan. Dan tentu saja mereka tidak aman di zona aman,” katanya.

WHO juga melaporkan hanya delapan dari 36 rumah sakit di Gaza yang “hampir tidak berfungsi”.

WHO menggambarkan kondisi di rumah sakit yang masih berfungsi dalam keadaan yang sangat buruk.

“Bahkan orang-orang tidak mampu berjalan di area darurat karena takut menginjak para korban. Dan ketika mereka tidak menginjak orang, mereka menginjak darah,” ungkap Margaret Harris, juru bicara WHO, menggambarkan kondisi di rumah sakit Al Shifa, Gaza.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini