TRIBUNNEWS.COM - Pensiunan Mayor Jenderal dan mantan Kepala Dewan Keamanan Nasional Israel, Giora Eiland, memuji ketangguhan Hamas dalam perang di Jalur Gaza.
Giora Eiland mengatakan, Hamas telah menunjukkan kemampuannya untuk menggantikan komandan mereka yang terbunuh dengan komandan lain yang sama-sama mampu dan setia.
“Dari sudut pandang profesional, saya harus menghormati ketangguhan mereka."
"Saya tidak melihat tanda-tanda runtuhnya kemampuan militer Hamas atau kekuatan politik mereka untuk terus memimpin Gaza," katanya, Rabu (27/12/2023), dikutip dari Ruetir.
Sementara itu, seorang pejabat militer Israel, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya sesuai dengan peraturan militer, mengatakan tujuan pertama Israel adalah membubarkan pemerintah Hamas.
Israel lalu akan membubarkan para pejuangnya dan melenyapkan komandan dan bawahan utamanya.
Baca juga: Biaya Genosida Warga Gaza, Israel Habiskan Dana Perang 66 Miliar Shekel atau Sekira Rp 283 Triliun
Dia mengklaim sekitar setengah dari pejuang Hamas telah terbunuh, terluka, ditangkap atau melarikan diri ke Jalur Gaza selatan.
Terpisah, analis militer Amerika Serikat (AS) mengatakan, hasil terbaik bagi Israel mungkin adalah melemahkan kemampuan militer Hamas untuk mencegah kelompok tersebut mengulangi serangannya terhadap Israel.
Namun, tujuan terbatas ini dianggap sebagai upaya yang sangat sulit.
“Hamas berakar pada ideologi bahwa kendali Israel atas tanah Palestina harus dilawan dengan kekerasan, sebuah prinsip yang kemungkinan akan bertahan lama,” kata para ahli.
Israel Janjikan Perang Panjang di Gaza
Diberitakan Le Monde, perang di Gaza diperkirakan akan berlangsung panjang dan intens.
Sekembalinya dari Jalur Gaza pada Senin (25/12/2023), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berusaha meyakinkan anggota partai Likud-nya.
Baca juga: Satu Lagi Tentara Israel Diumumkan Tewas, Perwira IDF Dilikuidasi oleh Pejuang Hamas di Gaza Utara
Beberapa orang khawatir bahwa laju pertempuran akan melambat tanpa tercapainya tujuan maksimal pemerintah Israel menghancurkan Hamas.
"Kami terus berperang, dan kami mengintensifkan pertempuran dalam beberapa hari mendatang."
"Ini akan menjadi perang panjang dan belum akan berakhir," kata Netanyahu.
Ini adalah cara Netanyahu mempertahankan kepemimpinan sayap kanan radikal, yang lebih memilih pemusnahan gerakan Islam daripada pembebasan sandera Israel.
Baca juga: Israel Perluas Serangan di Tengah Kota, Warga Palestina Berbondong-bondong ke Gaza Selatan
Terbaru, setidaknya 35 orang tewas di kamp pengungsi Nuseirat dan Maghazi setelah pemboman Israel di Gaza tengah, dilansir Al Jazeera.
Serangan Israel menghantam sebuah bangunan tempat tinggal dekat rumah sakit Kuwait di Gaza selatan yang menewaskan 20 orang.
Tentara Israel telah menembaki konvoi bantuan ketika mereka kembali dari Gaza utara melalui rute yang ditentukan oleh tentara Israel, menurut Thomas White, direktur urusan UNRWA di Gaza.
Pasukan keamanan Israel mengatakan mereka telah menetralisir seorang pria yang menurut mereka menikam dua orang dalam serangan di pos pemeriksaan Mazmoria, di selatan Yerusalem Timur yang diduduki.
Sebuah truk air sigung telah menyemprotkan air ke warga Palestina dan jamaah Muslim di dekat Masjid Al Aqsa.
Baca juga: Israel Serang Jemaah Salat Jumat dengan Air Sigung dan Gas Air Mata
Kota Sderot di Israel, yang terletak di dekat Jalur Gaza, diperkirakan akan memperpanjang protokol evakuasi hingga akhir Januari 2024.
Pasukan Israel telah menahan 14 warga Palestina, termasuk seorang anak, dalam serangkaian penggerebekan di Tepi Barat yang diduduki.
Tentara Israel mengatakan ada beberapa peluncuran dari wilayah Lebanon menuju Israel utara, dan mereka merespons dengan menyerang sumber serangan dengan artileri.
Di Gaza, setidaknya 21.507 orang tewas dan 55.915 luka-luka akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.
Jumlah korban tewas akibat serangan Hamas terhadap Israel mencapai 1.139 orang.
(Tribunnews.com/Nuryanti)