Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Amerika Serikat mengklaim tolak seruan pejabat Israel untuk mengusir warga Palestina dari Gaza.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Matthew Miller menyatakan bahwa pernyataan Menteri Israel Bezalel Smotrich dan Itamar Ben Givr itu merupakan retorika yang bersifat menghasut dan tidak bertanggungjawab.
Baca juga: Pimpinan Hamas Ismail Haniyeh Siap Sambut Pemerintahan Tunggal Palestina untuk Memerintah Gaza
"Kami telah mendapatkan informasi berulang kali dan secara konsisten dari pemerintah Israel, termasuk oleh Perdana Menteri, bahwa pernyataan semacam itu tidak mencerminkan kebijakan pemerintah Israel. Pernyataan tersebut harus segera dihentikan," kata dia dalam keterangan resminya yang diterima, Rabu (3/1/2024).
Pihaknya menyatakan, AS berada dipihak yang menyatakan secara jelas, konsisten, dan tegas bahwa Gaza adalah tanah Palestina dan akan tetap menjadi tanah Palestina.
Matthew berharap, tidak ada lagi perpecahan di tanah Palestina antara Hamas dan Israel soal penguasaan Gaza.
Baca juga: Berambisi Rebut Gaza, Israel Berdalih Tak Bisa Hidup di Timur Tengah jika Kalah Perang
"Dengan Hamas tidak lagi mengendalikan masa depannya dan tanpa kelompok teroris yang bisa mengancam Israel. Itu adalah masa depan yang kami harapkan, demi kepentingan warga Israel dan Palestina, kawasan sekitarnya dan dunia," ungkap Matthew.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich menyerukan warga Palestina di Gaza untuk meninggalkan daerah yang sudah terkepung itu.
Pernyataan tersebut dimaksudkan agar memberi jalan bagi Israel untuk "membuat gurun berkembang".
Smotrich menyampaikan komentar tersebut saat berbicara kepada Radio Tentara Israel pada hari Minggu (31/12/2023).
Baca juga: Internal Israel Pecah Jika Perang Usai, Yoav Galant Ungkap Rencana Fase Operasi Pembersihan di Gaza
Hamas juga ikut mengomentari soal pernyataan Smotrich yang ingin membuat pemukiman Israel di Gaza.
Hamas mengatakan seruan Smotrich untuk menggusur dua juta warga Palestina dan menahan sekitar 200.000 orang di Gaza adalah kejahatan perang yang disertai dengan agresi kriminal.