News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Masalah Keamanan Landasan Pacu Jadi Perhatian Penyelidikan Terkait Kecelakaan Pesawat Japan Airlines

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto yang disediakan oleh Jiji Press ini menunjukkan petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api di pesawat Japan Airlines di landasan Bandara Haneda Tokyo pada 2 Januari 2024. Sebuah pesawat Japan Airlines terbakar di landasan Bandara Haneda Tokyo pada 2 Januari setelahnya bertabrakan dengan pesawat penjaga pantai, kata laporan televisi. (Photo by JIJI PRESS / AFP) / Japan OUT

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Pihak berwenang Jepang bersiap untuk menyelidiki tabrakan antara pesawat Japan Airlines dengan pesawat penjaga pantai di Bandara Haneda Tokyo.

Orang-orang yang mengetahui penyelidikan tersebut menyampaikan Japan Safety Transport Board (JTSB) akan memimpin penyelidikan dengan partisipasi dari lembaga-lembaga di Perancis, tempat pesawat itu dibuat, dan Inggris tempat dua mesin Rolls-Royce diproduksi.

"Satu pertanyaan yang jelas adalah apakah pesawat penjaga pantai berada di landasan dan jika demikian, mengapa demikian,” kata Paul Hayes, direktur keselamatan penerbangan di konsultan Ascend by Cirium yang berbasis di Inggris.

Baca juga: Eks Pilot Japan Airlines Soroti Kecelakaan Flight 516: Kenapa Bisa Ada Dua Pesawat di Satu Runway?

Kecelakaan ini merupakan kecelakaan signifikan pertama yang melibatkan Airbus A350, jet jarak jauh bermesin ganda utama Eropa, yang beroperasi sejak 2015.

Belum lama ini, Flight Safety Foundation menyerukan tindakan global untuk mencegah kecelakaan yang terjadi di landasan pacu bandara.

“Meskipun ada upaya selama bertahun-tahun untuk mencegah kecelakaan, namun hal itu masih sering terjadi,” kata Hassan Shahidi, CEO Flight Safety Foundation dalam sebuah pernyataan.

“Risiko kecelakaan di landasan pacu merupakan kekhawatiran global, dan potensi konsekuensi dari pelanggaran tersebut sangat parah,” sambungnya.

Yayasan yang bermarkas di Washington, Amerika Serikat ini menemukan bahwa gangguan dalam komunikasi dan koordinasi dapat berperan dalam kecelakaan atau nyaris kecelakaan di landasan pacu.

Namun kurangnya peralatan elektronik untuk menghindari tabrakan di landasan pacu, dibandingkan di udara, di mana perangkat lunak untuk memicu penghindaran telah tersedia sejak 1980an, juga menjadi perhatian.

“Banyak insiden serius yang bisa dihindari melalui teknologi kesadaran situasional yang lebih baik yang dapat membantu pengontrol lalu lintas udara dan pilot mendeteksi potensi konflik di landasan pacu,” kata Shahidi.

Meskipun tabrakan pesawat di landasan pacu yang mengakibatkan cedera atau kerusakan jarang terjadi, potensi korban jiwa termasuk yang tertinggi dibandingkan kategori lainnya dan kejadian nyaris celaka lebih sering terjadi.

Tabrakan antara dua pesawat Boeing 747 di Tenerife pada 1977, yang menewaskan 583 orang, masih menjadi kecelakaan penerbangan paling mematikan di dunia saat ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini