“Darah dan jiwa kami tidak lebih berharga daripada syuhada mana pun, dan tidak diperbolehkan bagi ibu dari syuhada mana pun merasa bahwa darah pemimpin lebih disayangi dan lebih berharga daripada darah putranya,” kata Saleh al-Arouri menggambarkan kematian anggota Hamas sama beratnya dengan kematian pemimpin Hamas.
"Kemartiran kita adalah agar kita memiliki hari yang lebih baik," lanjutnya.
Setelah mendengar berita duka itu, ibu Saleh al-Arouri, mengatakan kesyahidan putranya adalah penebusan untuk tanah air Palestina.
Sementara saudara perempuannya, Umm Qutaiba, membenarkan bahwa dia meminta kesyahidan dan mendoakannya dalam setiap sujud.
"Allah menghormati mereka dengan kemartirannya. Dia adalah suatu kebanggaan bagi Palestina dan bangsa Arab,” kata Umm Qutaiba, Rabu (3/1/2024) pagi.
"Semua generasi muda terus melanjutkan perjalanan mereka. Anak itu (Saleh Al-Arouri) di Palestina adalah seorang pemimpin," lanjutnya.
Baca juga: 1.600 Tentara Israel Alami Stres usai Bertempur di Gaza, Kesehatan Mental Dilaporkan Menurun
Hamas Palestina vs Israel
Israel sebelumnya mengindikasikan para petinggi Hamas adalah target selanjutnya setelah Israel meluncurkan operasi darat di Jalur Gaza.
Perang Israel dan Hamas makin memanas setelah Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Kelompok tersebut, menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147.
Setelah pertukaran sandera selama 7 hari yang dimulai Jumat (24/11/2023), kurang lebih 138 sandera masih ditahan Hamas di Jalur Gaza.
Sementara itu pembalasan Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 22.185 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Rabu (3/1/2024), lebih dari 2,2 juta warga Palestina menjadi pengungsi, dikutip dari Al Jazeera.
Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat, terutama setelah Israel melakukan penyerbuan besar-besaran ke wilayah yang dikuasai Otoritas Pembebasan Palestina (PLO) tersebut.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel