Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN – Raksasa Pelayaran asal Jerman Hapag-Lloyd menarik mundur semua kapal kargo pengangkut barang dan minyak yang berlayar ke arah Laut merah.
Tak hanya itu Hapag-Lloyd juga turut menangguhkan perjalanan ke arah perbatasan terusan Suez hingga 9 Januari mendatang.
“Kami memantau situasi dengan cermat dari hari ke hari, namun akan terus mengubah rute kapal kami hingga 9 Januari,” kata juru bicara Hapag-Lloyd, kapal kontainer terbesar kelima di dunia.
Keputusan ini diambil Hapag-Lloyd usai Houthi meningkatkan intensitas serangan ke kapal dagang internasional yang nekat melewati kawasan Laut Merah, seperti baru – baru ini Houthi dikabarkan melakukan serangan rudal ke sebuah kapal kontainer pengangkut minyak berbendera Malta saat berlayar ke perairan Laut Merah.
Baca juga: Serangan Houthi Meningkat, Pelayaran Kapal Kargo Hindari Jalur Laut Merah Memutar ke Selatan Afrika
Khawatir ancaman Houthi dapat membahayakan awak kapal selama berlayar, Hapag-Lloyd memutuskan untuk menangguhkan pelayaran melalui Laut Merah, sebagai gantinya kapal asal Jerman itu akan mengalihkan jalur dagangnya melalui rute Cape of Good Hope yang berada di selatan Afrika.
Langkah serupa juga dilakukan Maersk, raksasa Pelayaran terbesar di dunia.
Sebelum menangguhkan aktivitas pelayaran di terusan Suez dan Laut merah yang dikuasai Houthi, Maersk awalnya berencana untuk menaikan gaji para awak kapal yang berlayar melalui Laut Merah sebagai bentuk kompensasi atas bahaya yang ditimbulkan oleh serangan Houthi baru-baru ini.
Adapun kenaikan gaji yang dijanjikan Maersk para awak kapal yang berlayar melalui Laut Merah yakni sebesar 2 kali lipat dari jumlah gaji biasanya.
Namun gerilyawan Houthi dikabarkan sempat hendak membajak kapal Maersk Hangzhou berbendera Singapura yang dioperasikan Denmark.
Untungnya, Amerika Serikat disebut berhasil menghentikan serangan dan membunuh 10 gerilyawan.
Alasan tersebut yang membuat Maersk menghentikan semua pelayaran di Laut Merah selama 48 jam menyusul upaya Houthi untuk menaiki kapal Maersk Hangzhou pada akhir pekan kemarin.
"Penyelidikan atas insiden ini sedang berlangsung dan kami akan terus menghentikan semua pergerakan kargo melalui area tersebut sementara kami menilai lebih lanjut situasi yang terus berkembang. Jika hal ini paling masuk akal bagi pelanggan kami, kapal akan dialihkan rutenya dan melanjutkan perjalanan mereka di sekitar Tanjung Harapan," kata Maersk dalam keterangan resminya dilansir dari Reuters.
Harga Barang Diprediksi Naik
Sejak kelompok Houthi yang berbasis di Yaman melancarkan rangkaian serangan terhadap kapal barang di rute Laut merah, perusahaan pelayaraan kondang seperti seperti Maersk, Hapag-Lloyd, CMA CGM, serta OOCL terpaksa mengalihkan rute pengiriman barang ke arah Tanjung Harapan di Afrika Selatan.
Analis menilai, apabila perubahan jalur terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat memicu kenaikan harga yang harus dibayar konsumen untuk barang-barang impor.
"Satu perjalanan pulang pergi dari Shanghai ke Rotterdam, dan Anda akan menambah biaya bahan bakar sebesar satu juta dolar karena mengubah rute melalui Tanjung Harapan," kata Peter Sand, kepala analis di perusahaan analisis pasar Xeneta yang berbasis di Kopenhagen.
Pernyataan Serupa juga dilontarkan Direktur perusahaan investasi energi Tortoise Capital, Thummel yang memproyeksi ketegangan di Laut Merah dapat menyebabkan harga minyak bergerak lebih tinggi.
“Risiko geopolitik di laut Merah menyebabkan harga minyak bergerak lebih tinggi karena sekitar 15 persen lalu lintas pelayaran dunia transit melalui Terusan Suez, rute pelayaran terpendek yang menghubungkan Laut Merah ke Laut Mediterania,” jelas Thummel.