TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Korea Utara menembakkan 200 peluru artileri ke perairan dekat perbatasan laut barat yang disengketakan dengan Korea Selatan pada hari Jumat (5/1/2023).
Serangan ini mendorong militer Korea Selatan untuk meminta penduduk di dua pulau terdekat segera berlindung.
Peluru-peluru tersebut jatuh di utara perbatasan yang disengketakan, yang dikenal sebagai Garis Batas Utara, antara pukul 09.00 dan 11.00 waktu setempat.
Menurut para pejabat Korea Selatan, serangan tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.
Militer Korea Selatan menuduh Korea Utara “mengancam perdamaian dan meningkatkan ketegangan” dan berjanji akan mengambil “langkah-langkah yang sesuai.”
“Militer di sini meminta kami untuk membantu mengevakuasi orang-orang jika Korea Utara mungkin membalas serangan ketika mereka memulai latihannya sendiri,” kata Ji Young-hyeon, pejabat pemerintah Korsel di wilayah Yeonpyeong.
“Jadi kami mengirimkan siaran setiap 30 menit untuk meminta masyarakat berlindung.”
Masyarakat yang tinggal di pulau tersebut mewaspadai provokasi Korea Utara, terutama setelah Korea Utara melancarkan serangan artileri dan roket ke pulau tersebut pada tahun 2010 yang menewaskan dua warga sipil Korea Selatan dan dua marinir di sana.
Sebagai pembalasan, Korea Selatan menggempur pantai Korea Utara dengan artileri.
Penduduk di pulau-pulau tersebut sudah terbiasa dengan perintah untuk meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke tempat perlindungan bawah tanah.
Pulau-pulau tersebut dipenuhi dengan tempat perlindungan bawah tanah dan beton, dan perintah semacam itu sering kali dikeluarkan selama latihan militer atau ketika Korea Utara meluncurkan roketnya ke selatan.
Tembakan artileri Korea Utara ini terjadi sehari setelah Korea Selatan dan Amerika Serikat menyelesaikan latihan militer gabungan selama seminggu di Pocheon, utara Seoul.
Latihan yang berakhir pada hari Kamis kemarin ini melibatkan artileri, tank, kendaraan lapis baja, dan pesawat A-10 Warthog.
Korea Utara yang meradang karena hal itu bersumpah akan melakukan pembalasan, menyebut musuh-musuhnya sebagai “anjing gila” yang “hanya akan menderita saat-saat paling menyakitkan.”
Penembakan artileri Korea Utara hari ini adalah yang pertama sejak mereka membatalkan perjanjian yang ditandatangani dengan Korea Selatan pada tahun 2018 untuk menghentikan permusuhan, seperti latihan militer dengan peluru tajam, di dekat perbatasan.
Pada bulan November, Korea Selatan secara sepihak menangguhkan sebagian perjanjian tersebut sebelum melanjutkan penerbangan pengawasan di dekat perbatasan agar lebih mampu memantau militer Korea Utara yang mempunyai senjata nuklir.
Korea Utara segera mengumumkan diakhirinya seluruh perjanjian.
Ketika Perang Korea dihentikan melalui gencatan senjata pada tahun 1953, Korea Utara dan Komando PBB, yang berperang untuk Korea Selatan, tidak pernah menyepakati perbatasan laut yang memisahkan kedua Korea di lepas pantai barat Semenanjung kedua negara.
Komando tersebut telah memberlakukan Garis Batas Utara sebagai perbatasan sementara, namun Korea Utara mengklaim perbatasannya jauh di selatan garis tersebut.