TRIBUNNEWS.COM - Abu Ubaida, juru bicara Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), menyampaikan pidato melalui unggahan video di Telegram pada hari ke-100 perang Israel-Hamas di Jalur Gaza pada Minggu (14/1/2024).
Ia mengatakan pejuangnya berhasil menargetkan 1.000 kendaraan pada hari ke-100 perang di Jalur Gaza, menggunakan senjata buatan sendiri.
"Sebagian besar amunisi dan senjata yang kami targetkan terhadap musuh berasal dari industri militer Brigade Al-Qassam," katanya.
Ia menyebutkan hasil produksi Brigade Al-Qassam termasuk alat peledak, granat berpeluncur roket, peluncur, meriam, senjata anti tank, berbagai jenis bom, senapan sniper, dan peluru.
Abu Ubaida menyatakan industri militer itu tidak akan berguna untuk melawan senjata kotor Amerika Serikat yang digunakan tentara Israel, tanpa pejuang-pejuang Brigade Al-Qassam.
Tentara Israel Nangis Hadapi Hamas
Juru bicara itu mengatakan para mujahidin yang kembali dari pertempuran mengatakan tentara Israel sangat lemah.
"Kesaksian para mujahidin yang kembali dari garis depan di utara, tengah dan selatan Jalur Gaza menegaskan betapa besarnya kepahlawanan mereka, keyakinan besar mereka dalam pertempuran, dan keberanian mereka dalam bertahan dan menyerang," kata Abu Ubaida.
"Tiga Mujahidin kami kembali dengan kesaksian yang mengejutkan tentang lemahnya iman dan motivasi tentara Zionis dan tentara bayaran, dan bagaimana mereka diseret ke dalam pertempuran, dan bagaimana mereka menangis dalam ketakutan dan berbaris di depan Mujahidin kami," lanjutnya.
Juru bicara itu mengatakan senjata yang digunakan tentara Israel untuk menunjukkan kegagahan mereka hanyalah ilusi.
"Terlepas dari semua itu, senjata, peralatan, pelindung api besar yang mereka bawa, dan apa yang ditampilkan tentara musuh serta kepahlawanan yang mereka umumkan hanyalah ilusi. Tentaranya menjadi bahan cemoohan bagi anak bungsu Palestina," katanya, dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: 100 Hari Perang, 3 Sandera Israel Muncul di Video Hamas: Hentikan Kegilaan Ini
“Apa yang akan dilakukan oleh teknologi rudal, tank yang dibentengi, dan pesawat modern dengan senjata mematikannya di hadapan kekuatan keimanan seorang Mujahid yang menghabiskan dua bulan atau lebih di kompleks pertahanannya, menunggu kekuatan yang maju, menunggu untuk mengalahkan musuhnya dan menjalankan misinya, mengabdikan semua itu kepada Tuhan dan percaya pada keadilan tujuannya?” lanjutnya.
Dalam pidato itu, Abu Ubaida juga menyinggung narasi yang digunakan oleh zionis untuk merebut Al-Aqsa dari Palestina.
"Sapi merah dibawa sebagai implementasi dari mitos agama menjijikkan yang dirancang untuk menyerang perasaan seluruh bangsa di jantung Arabisme dan jalan nabinya dan kenaikannya ke surga," katanya.
Ia juga mengatakan perang di Jalur Gaza ini adalah seruan kepada setiap muslim untuk menyadari sifat konflik ini, latar belakang, dan sifat pemerintahan zionis, keturunan geng teroris Haganah.
Israel Dipenuhi Sadisme dan Rasisme
Dalam pidatonya, Abu Ubaida mengingatkan kepada masyarakat internasional mengenai pendudukan Israel di Palestina yang dimulai tahun 1948.
"Kejahatan musuh ini dan pemerintahan fasisnya telah mencapai titik di mana mereka menuntut pengusiran mereka (orang-orang Palestina) dan pembunuhan perlahan-lahan di Gaza, Tepi Barat, Yerusalem pada tahun 1948," kata Abu Ubaida.
"Para pemimpin musuh, dengan sadisme dan rasisme pengecut, senang menyiksa tahanan kami dan membunuh mereka di penjara, dan memperketat jerat di Gaza," lanjutnya.
"Penonton mereka dipenuhi dengan kebencian terhadap segala sesuatu yang berbau Palestina, Arab, dan Muslim," tambahnya.
Abu Ubaida mengatakan faksi perlawanan Palestina tidak mempunyai pilihan selain menggunakan kekuatan untuk mengingatkan dunia bahwa Palestina memiliki rakyat dan pejuang.
Setelah Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza hingga hari ini.
Israel memperkirakan masih ada sekitar 137 sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza.
Jumlah kematian warga Palestina di Jalur Gaza terhitung 23.968 hingga Senin (15/1/2024) dan 1.200 kematian di wilayah Israel, yang direvisi oleh Israel menjadi 1.147.
Tercatat 352 kematian warga Palestina di Tepi Barat hingga Minggu (14/1/2023).
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel