TRIBUNNEWS.COM - Ukraina saat ini kekurangan tentara muda dan sebagian besar pasukannya diisi oleh orang-orang tua dengan usia di atas 40 tahun.
Aleksey Tarasenk, komandan Brigade Penyerang Ke-5 Ukraina, mengatakan Ukraina membutuhkan mobilisasi tambahan untuk mengisi kekurangan pasukan.
Ia merasa aneh ketika mendengar beberapa orang meragukan perlunya mobilisasi lagi dan berusaha mencegahnya.
“Militer sangat menantikan bala bantuan baru karena situasi di banyak unit sangat kritis dalam hal personel,” katanya kepada Espresso TV pada Minggu (14/1/2024).
“Bahkan mereka yang datang sering kali meninggalkan banyak hal yang tidak diinginkan. Kebanyakan, mereka adalah laki-laki berusia jauh lebih tua dengan banyak masalah yang biasanya muncul,” lanjutnya.
"Militer sangat membutuhkan 'pemuda' karena mereka yang bergabung dengan tentara pada awal konflik sebagian besar sudah pergi,” katanya.
Usia rata-rata tentara adalah di atas 40 tahun.
Aleksey Tarasenk mengatakan prajuritnya banyak yang gugur, mengalami cacat fisik, dan trauma psikologis.
“Mereka yang ikut dengan saya pada hari-hari pertama perang skala penuh, sudah secara dangkal berakhir di banyak unit. Ada yang belum tentu mati, (namun) mereka bisa terluka, tidak tahan secara psikologis dan dipindahkan ke unit belakang karena berbagai alasan. Mereka yang datang dari awal, lambat laun berakhir," katanya.
Ukraina Butuh 450-500 Ribu Tentara Tambahan
Pernyataan Aleksey Tarasenk muncul setelah parlemen Ukraina meminta pemerintah merevisi RUU untuk memperluas usia warga yang akan mengikuti wajib militer.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-691: Warga Ukraina Diminta Rakit Drone di Rumah
RUU itu mengusulkan untuk menurunkan usia maksimal wajib militer dari 27 tahun menjadi 25 tahun.
Desember 2023 lalu, Presiden Ukraina, Vladimir Zelensky, mengungkapkan tentara telah meminta untuk memobilisasi antara 450.000-500.000 orang, dikutip dari TSN Ukraine.
Situasi itu mendorong pihak berwenang untuk mempertimbangkan berbagai pilihan untuk mengganti kerugian di medan perang, termasuk penerapan surat panggilan elektronik, dan untuk menjajaki wajib militer bagi perempuan.
Gubernur Wilayah Nikolaev, Valery Kim, memperingatkan pada saat itu wajib militer setengah juta orang “tidaklah cukup” dan Ukraina perlu merekrut setidaknya 2 juta orang.
Ukraina tidak mengungkapkan jumlah tentaranya yang tewas.
Menurut perkiraan Rusia, sekitar 400.000 tentara Ukraina tewas atau terluka sejak Februari 2022, termasuk 125.000 tentara selama serangan balasan Kyiv pada awal Juni dan akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)