News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Ancaman Inflasi dan Gangguan Pasokan Negara-negara di Laut Merah Imbas Agresi AS-Inggris

Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendapatan Mesir dari Terusan Suez turun drastis pasca serangan militer yang dilancarkan kelompok bersenjata Houthi atas kapal-kapal niaga yang melintas di Laut Merah. Foto: Maritime Executive

Tidak berhenti sampai disitu, operasi militer AS terhadap kelompok Houthi di Yaman dilaporkan kembali berlanjut pada Sabtu (13/01/2024) pagi. 

Komando Pusat AS mengatakan, tindakan lanjutan yang mereka lancarkan pada Sabtu pagi tersebut dilakukan menggunakan bantuan kapal perusak Angkatan Laut USS Carney, dengan menggunakan rudal serangan darat Tomahawk.

“Untuk menurunkan kemampuan Houthi dalam menyerang kapal maritim, termasuk kapal komersial,” kata Komando Pusat AS dalam sebuah pernyataan di platform media sosial X.

Baca juga: Bantah Klaim Gedung Putih, CIA Tak Temukan Bukti Houthi Didikte Iran soal Serang Laut Merah

Menanggapi situasi tersebut, kepala bantuan PBB, Martin Griffiths mengatakan, pihaknya tidak dapat menyalahkan siapapun dalam hal tersebut. Namun, ia tetap menyayangkan konsekuensi yang harus mereka tanggung akibat perang Israel dan Hamas yang semakin meluas.

“Sungguh mengecewakan melihat prospek perdamaian di Yaman direnggut. Tetapi ini adalah satu lagi akibat yang mengerikan. Dan ini adalah akibat yang sangat serius dari perang di Gaza,” katanya.

Beberapa negara juga diketahui mengutuk dan mengecam keras tindakan penyerangan tersebut. Rusia bahkan mengatakan, pihaknya telah meminta diadakannya pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas mengenai hal itu.

Di sisi lain, Giorgio Cafiero, CEO Gulf State Analytics, sebuah konsultan risiko geopolitik yang berbasis di Washington, DC, mengatakan, AS memiliki pilihan lain selain serangan militer.

“Salah satunya adalah menggunakan pengaruh Washington terhadap Israel untuk mendorong Israel agar mematuhi gencatan senjata,” kata Cafiero kepada Al Jazeera.

Mendukung keterangan tersebut, Trita Parsi dari Quincy Institute for Responsible Statecraft juga menyampaikan argumen serupa. 

“Pertanyaan yang perlu ditanyakan adalah, mengapa pemerintah Inggris dan AS lebih memilih untuk meningkatkan eskalasi dan berperang, daripada meningkatkan gencatan senjata di Gaza, yang tidak hanya akan lebih efektif?” katanya kepada Al Jazeera.

Lebih lanjut, sejauh ini, ketegangan antara Houthi dan Barat telah membuat perusahaan pelayaran dunia ketar-ketir.

Raksasa perkapalan dunia seperti Maersk, Evergreen, Mediterranean Shipping Company (MSC), Ocean Network Express (ONE), Hapag Lloyd, dan Hyundai Merchant Marine (HMM), terpaksa harus mengalihkan rute pelayaran Asia-Eropa dari Laut Merah, dengan memutar ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan. 

Sementara itu, ketika dimintai keterangan terkait hal tersebut, pihak Houthi mengatakan, kampanye maritim mereka ini adalah bentuk solidaritas dan usaha mereka untuk mendukung warga Palestina dalam pertempuran antara milisi penguasa Gaza, Hamas, dengan Tel Aviv. 

Selain kapal Israel, kelompok Pro-Iran itu juga mengaku, pihaknya telah berhasil menyerbu beberapa kapal milik negara-negara sekutu Tel-Aviv.(aljazeera/reuters/apnews).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini