TRIBUNNEWS.COM - Jerman berencana untuk memasok peluru tank untuk mendukung agresi Israel di Jalur Gaza.
Jerman akan menyiapkan 10.000 butir amunisi presisi 120 milimeter, menurut laporan Der Spiegel.
Keputusan ini menyusul permintaan Israel pada November 2023, yang meminta bantuan militer dari Jerman untuk melancarkan agresinya.
"Setelah menerima permintaan dari Tel Aviv pada bulan November, kementerian terkait telah membahas masalah ini, dan pada prinsipnya tercapai kesepakatan untuk memenuhi permintaan ini," kata majalah itu, Rabu (17/1/2024).
Der Spiegel melaporkan, baik pemerintah Jerman maupun Israel sepakat untuk bungkam mengenai permintaan bantuan ini.
Hal ini karena Israel tidak ingin orang-orang berspekulasi mengenai kemampuan militernya, yang diagungkan sebagai militer terkuat namun masih meminta bantuan dari negara lain.
Setelah disetujui, perusahaan pertahanan Jerman belum bisa mengirim bantuan itu dalam waktu singkat.
Sehingga, Jerman berencana untuk mengirimkan persediaan amunisi dari gudang tentara Jerman sendiri.
Kesepakatan terbaru itu akan menandai pengiriman senjata secara terang-terangan dari Jerman ke Israel.
Pemerintah Jerman menjadi salah satu pendukung terkuat serangan militer Israel di Jalur Gaza, selain Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Sejauh ini, Jerman memasok pasokan medis dan alat pelindung untuk tentara Israel, yang mendapat protes dari masyarakat Jerman.
Baca juga: Hamas Mengecam Niat Jerman untuk Memasok Peluru Tank kepada Israel, Jerman Siap Jadi Mitra Genosida
Hamas: Jerman Ulangi Dosa Genosida
Kanselir Jerman, Olaf Scholz telah berulang kali mengatakan negaranya memikul tanggung jawab khusus terhadap Israel karena masa lalu Nazi yang melakukan genosida terhadap orang Yahudi.
Berkebalikan dengan Olaf Scholz, Hamas justru mengatakan Jerman berusaha mengulang dosa genosida yang dilakukan oleh Nazi, yang kali ini menargetkan warga Palestina.
"Mengirimkan peluru tank ke Israel akan mengubah Jerman menjadi mitra langsung dalam perang melawan rakyat kami di Gaza,” kata Hamas dalam pernyataannya, dikutip dari Anadolu Agency.
“Tampaknya Jerman mereproduksi sejarahnya yang penuh dengan dosa terhadap kemanusiaan. Jerman tidak terpengaruh oleh pelajaran yang ada di masa lalu,” lanjutnya.
Sementara itu, Kantor Presiden Namibia juga mengecam keputusan Jerman untuk mendukung agresi Israel.
Pekan lalu, Jerman berupaya mengintervensi kasus genosida terhadap Israel di Jalur Gaza, yang diajukan oleh Afrika Selatan di Mahkamah Internasional (ICJ).
Namibia mengingatkan Jerman tidak pernah berada di sisi yang baik dalam sejarah, terutama ketika Jerman melakukan genosida di tanah Namibia pada tahun 1904-1908.
"Pemerintah Jerman belum sepenuhnya menebus genosida yang dilakukannya," bunyi pernyataan Kantor Presiden Namibia.
Namibia berpendapat, Jerman tidak mampu mengambil pelajaran dari sejarah kelam yang dilakukannya.
Hamas Palestina vs Israel
Setelah Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), Israel mengebom sebagian besar Jalur Gaza, menewaskan warga sipil, merusak sumber air, mencegah masuknya bantuan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.
Kematian warga Palestina di Jalur Gaza mencapai 24.285 jiwa sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (17/1/2024).
Tercatat 1.147 kematian di wilayah Israel selama konflik terbaru dengan Hamas.
Selain itu, dilaporkan ada 360 kematian warga Palestina di Tepi Barat hingga Kamis (18/1/2023).
Saat ini, diperkirakan masih ada kurang lebih 137 sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Hamas menolak untuk mengungkap jumlah sandera militer dan sipil yang masih ditahan di Jalur Gaza.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel