TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan apabila Israel minta untuk diakui, maka harus ada kesepakatan yang tercapai.
Menurut Pangeran Faisal, kesepakatan yang harus dicapai antara Arab Saudi dan Israel adalah mengenai status kenegaraan bagi Palestina.
“Kami setuju bahwa perdamaian regional mencakup perdamaian bagi Israel, namun hal itu hanya dapat terjadi melalui perdamaian bagi Palestina melalui negara Palestina,” kata Pangeran Faisal bin Farhan pada panel di Forum Ekonomi Dunia di Davos, The New Arab.
Ia juga mengatakan pengakuan ini merupakan bagian dari perjanjian politik yang lebih luas.
Pangeran Faisal menegaskan pembentukan negara Palestina merupakan salah satu upaya untuk menjaga perdamaian regional.
“Sesuatu yang telah kami kerjakan bersama pemerintah AS, dan ini lebih relevan dalam konteks Gaza," katanya.
Adanya pengakuan dari Arab Saudi merupakan hadiah besar bagi Israel.
Pasalnya, Israel sebelumnya hanya menjalin hubungan dengan beberapa negara di Timur Tengah.
Sebelum adanya konflik di Gaza pada 7 Oktober 2023, Arab Saudi mempertimbangkan hubungan dengan Israel.
Namun setelah adanya perang tersebut, Arab Saudi menunda rencana yang didukung AS agar kerajaan tersebut menormalisasi hubungan dengan Israel.
Palestina menginginkan sebuah negara di wilayah yang direbut Israel dalam perang tahun 1967, dengan Yerusalem Timur yang diduduki sebagai ibu kotanya.
Baca juga: Pasukan Cadangan IDF Tarik Mundur dari Gaza, Sebut Kurang Pelatihan Serius
Negosiasi yang disponsori AS dengan Israel untuk mencapai tujuan tersebut terhenti lebih dari satu dekade lalu.
Ada perselisihan antara otoritas Palestina yang didukung Barat dan Hamas yang menolak hidup berdampingan dengan Israel.
Pangeran Faisal berjanji akan mewujudkan masa depan yang baik bagi Palestina dan Israel.