News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Disebut Bencana, Netanyahu Semakin Tak Dipercaya Bahkan di Kalangan Parlemen AS yang Pro-Israel

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat kabinet di pangkalan militer Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada 24 Desember 2023. PM Israel Benjamin Netanyahu semakin dijauhi, anggota parlemen AS yang pro-Israel pun menyebutnya sebagai bencana.

TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah anggota parlemen Amerika Serikat yang pro-Israel menyatakan keraguan mereka terhadap PM Benjamin Netanyahu mengenai caranya menangani perang di Gaza, NBC News melaporkan.

Tiga anggota parlemen yang diwawancarai NBC News bertanya-tanya apakah Netanyahu memiliki strategi nyata dalam perang melawan Hamas.

Mereka menduga Netanyahu sengaja memperpanjang perang agar ia tetap berkuasa.

Salah satu anggota DPR dari Partai Republik mengatakan "sangat sulit" untuk membela Netanyahu.

Ia menyatakan bahwa PM Israel memiliki keuntungan politik tersendiri bila menghindari gencatan senjata.

Anggota parlemen itu menekankan ada ketidakpercayaan terhadap kemampuan Netanyahu memimpin, baik di pemerintahan maupun di lapangan.

Seorang anggota DPR dari Partai Demokrat yang menyebut dirinya sebagai "teman kuat" Israel, justru menyebut Netanyahu sebagai "bencana".

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat Kabinet di Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada tanggal 31 Desember 2023. (ABIR SULTAN / POOL / AFP)

Ia menyatakan keprihatinan atas perang tanpa akhir yang menewaskan terlalu banyak warga sipil di Gaza.

Pendapat tersebut sejalan dengan laporan serupa mengenai para pejabat AS yang semakin frustrasi menghadapi Netanyahu.

Sumber yang mengetahui secara langsung mengungkapkan kepada Axios bahwa Presiden AS Joe Biden dan pejabat AS lainnya semakin geram dengan penolakan Benjamin Netanyahu untuk mengabulkan sebagian besar permintaan AS baru-baru ini mengenai perang Gaza.

Netanyahu berulang kali mengabaikan seruan AS untuk membahas kemungkinan penyelesaian pascaperang, termasuk melibatkan Otoritas Palestina (PA) untuk berperan di Gaza.

Baca juga: Ohad Yahalomi, Sandera Israel yang Tewas Kena Bom IDF, Sempat Kritik Netanyahu

Di tengah meningkatnya ketegangan, Netanyahu dan Biden belum mengadakan pembicaraan langsung sejak percakapan telepon mereka pada tanggal 23 Desember lalu.

Percakapan itu dilaporkan diputus sepihak oleh Joe Biden setelah Netanyahu menolak untuk memberikan pendapatan pajak kepada Otoritas Palestina, menurut laporan media Israel.

“Pembicaraan ini selesai,” kata Biden kepada Netanyahu sebelum menutup teleponnya.

Anggota DPR dari Partai Demokrat lainnya yang menjabat sebagai anggota komite keamanan nasional mengatakan mereka sangat kecewa dengan perubahan strategi dan tingginya korban sipil.

Anggota Kongres Partai Republik lainnya mengatakan dia masih mendukung Netanyahu, namun dia Netanyahu tidak akan mampu mempertahankan jabatannya setelah perang.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan bulan ini oleh “Israel Democracy Institute,” hanya 15 persen warga Israel yang menginginkan Netanyahu terus menjabat setelah perang di Gaza.

Rahasia umum meningkatnya ketegangan antara Washington dan Netanyahu menjadi lebih jelas pada hari Kamis (18/1/2024) ketika Netanyahu menuduh Amerika Serikat “memaksa Israel” melakukan tindakan yang akan membahayakan entitas pendudukan.

Dalam konferensi pers, Netanyahu mengatakan kepada wartawan bahwa Israel harus mengambil kendali atas seluruh wilayah di sebelah barat Sungai Yordan, yang akan menghambat konsep solusi dua negara.

"Saya mengatakan kebenaran ini kepada teman-teman Amerika, dan saya juga menghentikan upaya untuk memaksakan kenyataan pada kita yang akan membahayakan keamanan Israel," ujarnya.

Netanyahu Tolak Solusi Dua Negara

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan telah memberi tahu sekutunya, Amerika Serikat, bahwa dia menentang pembentukan negara Palestina sebagai bagian dari skenario pascaperang.

Mengutip CBC, AS telah berulang kali meminta Israel untuk mengurangi serangannya di Gaza.

AS juga menekankan bahwa pembentukan negara Palestina harus menjadi bagian dari rencana masa depan.

Namun, dalam konferensi pers yang disiarkan secara nasional, Netanyahu berjanji untuk terus melancarkan serangan sampai Israel mencapai “kemenangan yang menentukan atas Hamas”.

Baca juga: Tuntut Segera Dibebaskan, Keluarga Sandera Hamas Datangi Rumah Netanyahu, Pasang Tenda untuk Nginap

Dia juga menolak gagasan negara Palestina.

Netanyahu, yang memimpin pemerintahan sayap kanan yang menentang pembentukan negara Palestina, mengulangi penolakannya terhadap solusi dua negara.

Netanyahu mengatakan dia telah menyampaikan sikapnya kepada Amerika.

“Perdana menteri harus mampu mengatakan tidak kepada teman-teman kita,” tambahnya.

Serangan Israel sejak 7 Oktober 2023, telah menewaskan hampir 25.000 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Perang tersebut juga menyebabkan kehancuran yang luas dan membuat lebih dari 80 persen dari 2,3 juta penduduk wilayah tersebut mengungsi dari rumah mereka.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini