TRIBUNNEWS.COM - Sudah dua minggu pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA) bentrok dengan militan di Tepi Barat.
Salah seorang perwira Palestina dilaporkan tewas dalam bentrokan di daerah Jenin utara, Tepi Barat pada Minggu (22/12/2024).
Bentrokan antara militan lokal dan pasukan PA dipicu oleh penangkapan yang dilakukan pada awal bulan ini.
Pasukan PA, yang menjalankan kontrol terbatas atas Tepi Barat, mengatakan "penjahat" di kamp Jenin melepaskan tembakan pada hari Minggu ke sekelompok personel keamanan, menewaskan satu petugas dan melukai dua lainnya.
"Asisten Pertama Saher Farouk Jumaa Erheil menjadi martir pagi ini (Minggu) saat menjalankan tugas nasionalnya," kata pasukan itu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Arabiya.
Erheil, salah satu dari empat warga Palestina termasuk seorang anak laki-laki berusia 13 tahun yang tewas di Jenin bulan ini, adalah anggota pertama pasukan keamanan yang tewas dalam kekerasan itu.
Ketegangan di Jenin -- yang juga sering menjadi sasaran serangan militer Israel -- telah meningkat setelah pasukan keamanan Palestina telah menangkap beberapa aktivis dan militan.
Saingan Palestina dari Partai Fatah, yang mendominasi PA, telah mengutuk penangkapan itu dan menuduh pasukan keamanan membantu Israel.
Jenin adalah benteng dari faksi-faksi Palestina bersenjata yang memandang diri mereka sebagai perlawanan yang lebih efektif terhadap pendudukan Israel, berbeda dengan PA yang mengoordinasikan masalah keamanan dengan Israel.
PA memiliki otoritas administratif parsial di Tepi Barat, yang telah diduduki Israel sejak 1967.
Bentrokan di sekitar Jenin telah menambah meningkatnya serangan Israel dan serangan pemukim di Tepi Barat sejak dimulainya perang Israel-Hamas di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu.
Baca juga: Israel Tangkap 6 Warga Palestina di Tepi Barat, RS Gaza Utara Gelap Gulita Dihajar Drone IDF
Komandan Brigade Jenin Terbunuh
Pertempuran antara pasukan PA dengan militan di Jenin telah membunuh Komandan Brigade Jenin, Yazid Ja'ayseh pada minggu lalu.
Mengutip Al Jazeera, pasukan PA dilaporkan mencegah penduduk mengucapkan selamat tinggal kepada Ja'ayseh, dengan klaim bahwa jenazahnya ditahan.
Komite Perlawanan Rakyat mengutuk pembunuhan Ja'ayseh sebagai “pelanggaran serius terhadap semua norma dan tradisi nasional” yang “sejalan dengan agenda Zionis yang bertujuan untuk menghilangkan perlawanan di Tepi Barat”.