Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM – Kelompok militan Palestina Hamas menginginkan terwujudnya gencatan senjata permanen di Gaza, setelah mediator Qatar mengatakan proposal untuk gencatan senjata sementara sedang diusulkan.
“Pertama-tama kita berbicara tentang gencatan senjata yang lengkap dan komprehensif, dan bukan gencatan senjata sementara,” kata Taher al-Nunu, pejabat senior Hamas, seraya menambahkan bahwa setelah pertempuran berhenti “detail selanjutnya dapat didiskusikan” termasuk pembebasan sandera.
Qatar bersama Mesir dan Amerika Serikat telah memimpin upaya mediasi sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023 antara Israel dan Hamas, yang dipicu oleh serangan mematikan kelompok militan Palestina di Israel selatan.
Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani juga mengungkapkan bahwa negosiasi gencatan senjata berlangsung dengan baik.
“Kami berharap dapat menyampaikan proposal gencatan senjata kepada Hamas dan membawa mereka ke tempat di mana mereka terlibat secara positif dan konstruktif dalam proses tersebut,” kata Al-Thani.
Proposal tersebut salah satunya mengharuskan perempuan dan anak-anak yang disandera untuk dibebaskan terlebih dahulu, dan bantuan juga akan memasuki Jalur Gaza yang terkepung.
Baca juga: Israel Hancurkan Pemakaman di Gaza untuk Temukan Terowongan Hamas, Tuai Kritik Warga Palestina
Sebelumnya, Qatar juga telah memediasi jeda satu minggu pertempuran pada akhir November lalu, yang berujung pada pembebasan sejumlah sandera Israel dan asing, serta bantuan yang masuk ke wilayah Palestina yang terkepung.
Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang telah mengakibatkan sekitar 1.140 kematian di Israel, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Baca juga: AS dan Qatar Sepakati Upaya Pembebasan Sandera Israel dari Tangan Hamas
Militan juga menyandera 250 sandera, yang menurut Israel sekitar 132 orang masih berada di Gaza, termasuk sedikitnya 28 jenazah tawanan yang tewas.