TRIBUNNEWS.COM - Mengenal Tower 22, pos terdepan Amerika Serikat (AS) di Yordania, yang menjadi target serangan Perlawanan Islam di Irak.
Sebelumnya, tiga tentara AS tewas dan puluhan lainnya terluka setelah sebuah pesawat tak berawak (drone) menghantam pos militer, yang dikenal sebagai Tower 22.
Insiden mematikan itu terjadi pada Minggu (28/1/2024), lapor Times of Israel.
Mengenal Tower 22
Tower 22 berlokasi di titik strategis di Yordania, yakni sisi paling timur laut, yang berbatasan antara Suriah dan Irak.
Sejauh ini, informasi publik tentang Tower 22, pos terdepan AS ini terbatas.
Namun, menurut laporan media, Tower 22 berfungsi sebagai pusat pasokan untuk garnisun al-Tanf AS di dekatnya yang terletak di seberang perbatasan Suriah.
Al-Tanf berperan penting dalam perang melawan ISIS dan mengambil peran sebagai bagian dari strategi AS untuk membendung pembangunan militer Iran di Suriah timur.
Setidaknya 350 tentara Angkatan Darat dan Angkatan Udara AS juga ditempatkan di sana.
Namun tidak jelas jenis senjata yang disimpan, pertahanan udara yang digunakan, dan apa yang sebenarnya salah, hingga jadi target serangan.
Baca juga: Menlu Yordania Sebut Tidak Pantas UNRWA Disanksi Barat, karena Tuduhan kepada 12 dari 13.000 Stafnya
Sistem pengawasan
Sejak awal perang Suriah pada tahun 2011, Gedung Putih telah menghabiskan ratusan juta dolar untuk membantu Amman membentuk sistem pengawasan rumit.
Sistem tersebut kemudian dikenal sebagai Program Keamanan Perbatasan untuk membendung infiltrasi pejuang bersenjata dari Suriah dan Irak.
Saat ini sekitar 2.500 tentara AS ditempatkan di Irak sementara 900 dikerahkan di timur laut Suriah.
Pasukan AS di Yordania
Yordania memiliki perjanjian keamanan yang erat dengan AS.
Dilansir Al Jazeera, Yordania merupakan salah satu dari sedikit sekutu regional yang mengadakan latihan ekstensif dengan pasukan AS.
Tentara Yordania adalah salah satu penerima terbesar pendanaan militer luar negeri Washington.
Kerajaan ini memiliki ratusan pelatih Amerika dan merupakan salah satu dari sedikit sekutu regional yang mengadakan latihan ekstensif dengan pasukan Amerika sepanjang tahun.
Apakah ada serangan lain terhadap kepentingan AS di kawasan ini?
Serangan terbaru ini terjadi di tengah meningkatnya risiko meluasnya perang Gaza seiring meningkatnya ketegangan dan menyebar di wilayah tersebut.
Lembaga pemikir nirlaba yang berbasis di AS, Institute for the Study of War, melaporkan bahwa milisi yang didukung Iran telah melancarkan lebih dari 170 serangan yang menargetkan pangkalan AS di Irak dan Suriah sejak perang Israel di Gaza setelah serangan mematikan Hamas di Gaza pada 7 Oktober.
Pada tanggal 21 Januari, Komando Pusat AS mengatakan bahwa kelompok yang didukung Iran menyerang pangkalan udara Ain al-Assad di Irak.
Perlawanan Islam di Irak telah mengaku bertanggung jawab atas puluhan serangan terhadap pangkalan yang menampung pasukan AS di Irak dan Suriah.
Reaksi Gedung Putih
Dikutip Al Jazeera, serangan tersebut mendapat reaksi keras dari Washington.
Presiden Joe Biden bersumpah untuk meminta pertanggungjawaban para penyerang.
Perlawanan Islam di Irak, sebuah kelompok payung kelompok bersenjata yang didukung Iran di wilayah tersebut, mengklaim serangan tersebut.
Kelompok tersebut mengatakan bahwa serangan itu merupakan tanggapan atas dukungan AS terhadap perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 26.000 orang.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)