"Dunia mengakui Negara Palestina dengan 'perbatasannya tahun 1967', ibu kotanya al-Quds," jelasnya.
Tidak hanya itu, ia juga ingin para pengungsi mendapatkan haknya kembali melalui konferensi internasional yang mengarah pada pengakuan Negara Palestina.
AS Ingin Capai Kesepakatan
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken diketahui telah mengadakan pertemuan di Palestina pada Rabu (7/2/2024).
Dalam pertemuan terseut, AS memiliki kepentingan untuk mencapai kesepakatan dari kedua negara.
Namun menurutnya, Amerika Serikat hanya memiliki kemampuan yang terbatas.
Pasalnya, Netanyahu terus memeras pemerintah AS.
Ia juga mengatakan Netanyahu akan terus melakukan agresi di Gaza selama mungkin.
Menurutnya, hal tersebut dilakukan Netanyahu karena ia ingin tetap berkuasa terhadap rakyat Palestina.
Sementara soal gencatan senjata di Gaza, Shtayyeh ragu jika Israel akan memenuhi semua ketentuan-ketentuannya.
Keraguan Netanyahu berdasarkan dengan kenyataan sebelumnya.
Di mana Israel selalu melanggar kesepakatan.
Tidak hanya itu, Shtayyeh juga mengatakan kepentingan Netanyahu tidak sejalan dengan penghentian perang.
Hal tersebut lantaran Netanyahu belum mencapai tujuannya.
Sebagai informasi, Israel melancarkan serangan bertubi-tubi ke Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Akibat serangan tersebut, 27.585 warga Palestina tewas dan 66.978 lainnya mengalami luka-luka.
Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan.
Sementara 60 persen infrastruktur di Gaza rusak dan hancur.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Mohammad Shtayyeh dan Konflik Palestina vs Israel