News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Perang Rusia-Ukraina Hari ke-721: Ubah Taktik, Ukraina akan Kuras Tenaga Pasukan Putin

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto tak bertanggal memperlihatkan Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina ikut latihan taktis, pertempuran, dan pertolongan pertama. -- Ukraina beralih ke mode defensif untuk lemahkan Rusia. Simak update perang Rusia-Ukraina hari ke-721.

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-721 pada Rabu (14/2/2024).

Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, Oleksandr Syrsky, menilai situasi di garis depan sulit.

Menurutnya, Rusia saat ini sedang bergerak maju hampir di sepanjang garis depan.

Panglima yang baru menjabat itu mengatakan Ukraina mengubah taktik perang untuk melemahkan Rusia.

“Kami telah beralih dari operasi ofensif ke operasi defensif. Tujuan dari operasi kami adalah untuk menguras tenaga musuh, menimbulkan kerugian maksimum padanya," kata Oleksandr Syrsky kepada ZDF, Selasa.

"Kami akan menggunakan benteng kami, keunggulan kami dalam hal teknologi, dalam hal pesawat tak berawak, EW, mempertahankan menyiapkan garis pertahanan,” lanjutnya.

Ia mencatat pertempuran yang sangat menegangkan sedang terjadi di arah Kupyansk.

Oleksandr Syrsky mengklaim Rusia kehilangan pasukan dengan jumlah 7-8 kali lebih besar dari Ukraina selama serangan masif selama 4 bulan.

Petani Polandia Blokir Hasil Pertanian Ukraina

Petani Polandia berniat memblokir seluruh pos pemeriksaan di perbatasan dengan Ukraina pada Selasa.

“Pada tanggal 20 Februari, sebagai bagian dari pemogokan umum petani selama 30 hari, kami mengumumkan bahwa semua aksi protes akan difokuskan pada blokade total terhadap semua penyeberangan perbatasan antara Polandia dan Ukraina,” kata pesan tersebut, dikutip dari situs NSZZ RI "Solidarność".

Baca juga: Rusia Diklaim Pernah Minta Gabung NATO, tapi Ditolak, Tucker Carlson Ungkap Penyebabnya

Senat AS Setujui Dana $61 miliar untuk Ukraina

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyambut baik pemungutan suara Senat AS yang menyetujui bantuan senilai $61 miliar untuk Ukraina melalui rancangan undang-undang (RUU).

RUU itu telah dikirimkan ke Dewan Perwakilan Rakyat untuk dilakukan pemungutan suara.

“Bantuan Amerika mendekatkan perdamaian di Ukraina dan memulihkan stabilitas global, sehingga meningkatkan keamanan dan kesejahteraan bagi seluruh warga Amerika dan seluruh dunia bebas,” kata Zelensky, Selasa.

Selain Ukraina, Senat AS juga setuju untuk memberikan bantuan kepada Israel dalam agresinya di Jalur Gaza dan Taiwan yang menghadapi ancaman China.

Pemimpin mayoritas Partai Demokrat di Senat, Chuck Schumer, mengatakan dia yakin RUU tersebut akan disetujui DPR dengan dukungan dari Partai Republik dan Demokrat jika ada pemungutan suara.

Ia meminta para pemimpin DPR untuk melakukannya.

Ketua DPR AS Tolak Setujui Usulan Senat

Ketua DPR AS, Mike Johnson, menolak untuk melakukan pemungutan suara terkait RUU yang diajukan oleh Senat AS.

“Tentu saja saya tidak akan melakukannya,” jawabnya ketika ditanyakan oleh wartawan, dikutip dari The Guardian.

Namun Partai Republik dan Demokrat yang mendukung Ukraina dapat memaksakan pemungutan suara menggunakan proses yang disebut petisi pemberhentian jika cukup banyak dari mereka yang bersatu.

Presiden AS, Joe Biden, telah mendesak anggota DPR untuk mengabaikan desakan Donald Trump dan menyetujui RUU tersebut.

Ukraina Bergantung pada Sekutu

Mantan sekretaris jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, mengatakan kemenangan Ukraina dalam perang melawan Rusia tergantung dari bantuan sekutu.

Selain itu, menurutnya sanksi terhadap Rusia harus diperluas dan diperketat.

Ia mendorong sekutu Ukraina untuk memperketat penegakan sanksi misalnya menghentikan masuknya komponen yang menjadi bahan persenjataan Rusia.

“Kemenangan akan sangat bergantung pada apakah Ukraina dan sekutunya dapat mengalahkan Rusia. Kita harus menyelaraskan kembali kebijakan sanksi kita dengan tujuan ini," katanya kepada Financial Times, Selasa.

Rusia Kehilangan Lebih dari 3.000 Tank

Rusia telah kehilangan lebih dari 3.000 tank selama invasinya ke Ukraina.

Jumlah itu setara dengan seluruh persediaan aktif sebelum perang.

Namun, Rusia memiliki cukup kendaraan lapis baja berkualitas rendah di gudang untuk penggantian selama bertahun-tahun, menurut Institut Internasional untuk Studi Strategis.

Ukraina juga menderita kerugian besar, namun penambahan bantuan militer oleh sekutu negara Barat memungkinkan Ukraina mempertahankan persediaan senjata sambil meningkatkan kualitas, menurut analis ISS.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Rusia dan Ukraina

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini