TRIBUNNEWS.COM – Seorang pria Palestina ditembak mati oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) setelah dikirim ke rumah sakit (RS) untuk menyampaikan pesan dari IDF.
Isi pesan itu ialah permintaan Israel agar warga Palestina lain yang berada di RS Al-Nasser di Kota Younis, Jalur Gaza, mengevakuasi diri.
Dalam rekaman yang beredar di media sosial, pria itu mengenakan seragam pelindung dan tangannya diikat.
Dia kemudian berbicara dengan sejumlah warga Palestina lainnya di di RS Al-Nasser.
Menurut video dari jurnalis bernama Mohammed Akram Al-Helo, pria yang dipaksa jadi "kurir" pembawa pesan itu awalnya ditangkap di RS tersebut.
Selanjutnya, dia dikirim lagi ke RS agar bisa menyampaikan pesan dari tentara Israel.
“Dia berkata pasukan Israel mengganggunya dan memperlakukannya dengan buruk, dan jika dia tidak melakukan apa yang dikatakan kepadanya, mereka akan menyerbut RS, melukai orang, dan membunuhnya,” ujar Helo dikutip dari Middle East Eye.
“Ketika dia akhirnya meninggalkan RS setelah melakukan apa yang dikatakan kepadanya, tentara Israel menembaknya, dia ditembak tiga kali tanpa ampun, di sekitar RS,” katanya menambahkan.
Helo mengatakan ibu pria itu sempat berusaha meyakinkan putranya agar tidak kembali ke RS. Namun, pria itu terpaksa melakukannya karena dia diancam.
Sementara itu, seorang dokter bedah di RS Al-Nasser bernama Dr. Khaled Alserr mengonfirmasi ada sejumlah warga sipil yang dibunuh.
Namun, belum diketahui apakah pria Palestina yang dikirim tentara itu termasuk di dalamnya.
Baca juga: Israel Bombardir Pusat Rehabilitasi UNRWA Gaza bagi Tunanetra, Semua Ruangan Habis Terbakar
“Hari ini tentara Israel berkata kepada setiap orang bahwa mereka akan mengebom RS dan meminta orang-orang untuk mengevakuasi diri dari RS dalam waktu setengah jam,” kata Alserr.
Alserr menyebut tentara Israel berteriak kepada orang-orang lewat pengeras suara yang dipasang pada pesawat tanpa awak.
“Mengirim pesan melalaui orang yang sebelumnya mereka tahan, dengan mengirim mereka ke bagian administrasi RS, berkata kepada mereka bahwa mereka harus pergi.”